AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Hidangan Nusantara kerap dimasak menggunakan kemiri sebagai salah satu bumbunya. Rempah-rempah itu memang bisa menyedapkan rasa dan menguatkan aroma masakan, baik untuk memasak soto, opor, semur, gulai, sayur lodeh, dan berbagai menu lainnya.
Belakangan banyak berseliweran konten konsumsi kemiri yang disantap setelah digoreng. Katanya, kemiri rasanya mirip kacang macadamia yang mahal.
Selama ini kemiri dikenal sebagai bumbu yang disarankan penggunaannya secukupnya saja. Untuk memasak gulai dengan porsi untuk empat orang, misalnya, cukup memakai empat butir kemiri saja. Kemiri disangrai atau dipanaskan terlebih dahulu, lalu dihaluskan bersama bumbu lainnya.
Kemiri bisa disangrai di wajan sampai berwarna kecokelatan sebelum diolah dalam berbagai menu. Cara lain, kemiri dipanaskan pada suhu 121 derajat Celcius selama 15 menit atau dipanggang dalam oven selama satu jam pada suhu 160 derajat Celcius.
Penggunaan kemiri di antara bumbu masakan lain pun selalu sebagai pelengkap, bukan sebagai bumbu utama. Ada alasan di balik keharusan memanaskan/menyangrai kemiri serta pemakaiannya yang tak boleh berlebihan, yakni karena sifat alami kemiri.
Sebaiknya, jangan menyantap kemiri dalam kondisi mentah, sebab kemiri mengandung racun dalam dosis ringan. Proses memasak sangat diperlukan untuk menghilangkan racun tersebut, selain menghilangkan rasa pahit yang juga melekat pada kemiri mentah.
Dilansir laman Science Alert, Kamis (21/9/2023), ada sejumlah efek samping menyantap kemiri mentah dalam jumlah banyak, termasuk diare dan muntah. Terlebih, bagi yang sengaja menggunakannya untuk diet, yang mana masih dianggap cukup kontroversial.
Sebuah studi pada 2017 menyoroti sejumlah dampak buruk jika kemiri digunakan untuk keperluan itu tanpa pengawasan medis. Para peneliti mengingatkan belum pernah ada bukti ilmiah yang mendukung penggunaan atau kemanjuran kemiri untuk menurunkan berat badan.
Berbagai kasus yang terdokumentasi dari banyak negara di seluruh dunia mengonfirmasi toksisitas kemiri, bahkan potensi kematian jika disalahgunakan. Karena itu, sebaiknya konsumsi kemiri atau Aleurites moluccanus ini bukan untuk tujuan menurunkan berat badan.
Salah satu senyawa toksik di kemiri bernama ester phorbol yang punya efek pencahar kuat, sehingga dapat menyebabkan muntah, nyeri gastrointestinal, dan diare jika kemiri dikonsumsi dalam kondisi mentah dan dalam jumlah banyak. Dampak lain yakni iritasi pada kulit dan mata.
Menurut berbagai sumber, beberapa menit setelah konsumsi kemiri mentah dalam jumlah berlebihan, seseorang bisa mengalami sakit perut, kram perut, dehidrasi, serta ketidakseimbangan elektrolit. Karena komponen kimianya, konsumsi kemiri mentah juga dapat menyebabkan atonia otot usus serta perubahan detak jantung.
Terdapat kasus keracunan makan kemiri mentah yang dilaporkan di sejumlah negara. Di Spanyol, seorang perempuan berusia 33 tahun mengalami keracunan dan dirawat di rumah sakit setelah menyantap kemiri utuh sebagai obat pencahar untuk menurunkan berat badan.
Kira-kira 24 jam setelah konsumsi, pasien itu mengalami mual, muntah, dan diare. Setelah itu, dia merasa pusing dan pingsan. Kasus tersebut, ditambah sejumlah kejadian terkait lainnya mendorong pemerintah Spanyol untuk melarang penggunaan kemiri karena kandungan toksiknya.
Kasus lain terjadi di Argentina, di mana empat orang perempuan harus dilarikan ke rumah sakit setelah makan kemiri mentah dengan tujuan menurunkan berat badan. Salah satu pasien mengalami sakit kepala, nyeri pencernaan, mual, nyeri tulang, dan buang air besar berdarah.
Pasien lain menunjukkan efek gangguan hati dan pankreatitis, sementara ada pula pasien yang mengalami masalah jantung. Berkenaan dengan kondisi jantung, kemiri yang dikonsumsi dengan cara salah disebut bisa memicu aritmia, blok jantung, dan potensi serangan jantung.
Selain Spanyol, lembaga kesehatan di sejumlah negara diketahui melarang penjualan, penggunaan, atau konsumsi kemiri. Pada 2014, badan pengawas obat-obatan, makanan, dan teknologi medis Argentina melarang penggunaan kemiri serta melarang impornya.
Chile juga melarang pengunaan kemiri pada 2017, karena adanya laporan keracunan di negara tersebut. Pemerintah Brasil melarang konsumsi kemiri pada 2016 karena ada tiga laporan kematian terkait dengan konsumsi kemiri menurunkan berat badan.
Selain efek yang sudah disebutkan, orang-orang tertentu mungkin akan memberikan reaksi alergi terhadap komponen tanaman kemiri. Para ahli menyarankan konsumsi kemiri sebaiknya dihindari selama kehamilan dan menyusui, serta pada anak-anak dan lansia.
Orang yang sebelumnya sudah mengidap kondisi kesehatan tertentu lebih berisiko mengalami keracunan jika menyantap kemiri mentah. Utamanya, mereka yang mengidap penyakit jantung, penyakit ginjal, gastroenteritis, kolitis, dan sindrom iritasi usus besar (IBS).