AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Generasi Z, yang tumbuh di tengah revolusi digital, sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan hiburan modern. Namun, masih ada harapan untuk menumbuhkan minat mereka dalam membaca.
Inisiator Komunitas Book Clan, Reynald, menekankan bahwa tidak perlu khawatir tentang genre buku yang dipilih saat mulai atau ingin membaca. Dia tidak menampik ada fenomena membaca buku dengan genre yang semakin khusus justru diapresiasi.
"Orang yang membaca buku dengan genre yang lebih niche, sulit, dan tebal dihargai di generasi kita," kata Reynald dalam diskusi “Buku Cetak vs Buku Digital: Membangun Ekosistem Literasi yang Kolaboratif dan Multifaset” di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023, ICE BSD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).
Namun, dia juga menekankan generasi Z tidak perlu mengikuti tren ini. Dia mengawali kecintaan membaca buku dengan novel Twilight, yang meskipun cheesy, mampu memukau dan menggugah minatnya untuk membaca. Penelitian juga menunjukkan bahwa membaca buku fiksi, terutama bagi mereka yang sudah dewasa, dapat meningkatkan empati.
Reynald juga memberikan saran kepada mereka yang merasa kesulitan memulai membaca buku. Mereka dapat mencoba membaca buku dari antologi puisi atau antologi cerita pendek yang ringkas, sehingga tidak perlu komitmen besar. Dia juga mendorong untuk mencari saran buku dari teman-teman yang suka membaca.
Duta Baca Indonesia, Gol A Gong menyarankan generasi muda untuk mencari buku fiksi mini dengan kata-kata terbatas, karena hanya memiliki 300 kata atau 500 kata. Dia menekankan pentingnya membaca buku yang mereka sukai terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, mereka akan menemukan buku-buku yang lebih sesuai dengan perkembangan usia.
Gong juga menyarankan agar generasi muda tidak mendengarkan terlalu banyak nasihat dari orang dewasa yang mengharapkan mereka membaca buku yang "pinta". Yang terpenting adalah mulai membaca apa yang mereka sukai.
Ketua Yayasan Lontar, John McGlynn memahami bahwa Indonesia memiliki beragam etnis dan budaya. Karena itu, dia menekankan pentingnya menawarkan berbagai jenis bahan bacaan yang sesuai dengan banyak kelompok pembaca.
"Kita harus sadari bahwa penduduk Indonesia kan multi-etnis. Banyak keanekaragaman. Orang Papua mungkin tidak cocok membaca buku urban. Jadi, cari bahan yang menarik bagi pembaca. Itu akan meningkatkan empati terhadap tokoh dalam cerita," ujar McGlynn.