Jumat 20 Oct 2023 13:37 WIB

Viral Dilakukan Bos Air Asia, Apakah Kerokan Hanya Ada di Indonesia?

Warganet menilai foto itu tak layak tampil di media sosial.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kerokan sudah identik dengan budaya Indonesia yang kerap dilakukan para turis asing ketika berwisata ke Indonesia, tidak terkecuali CEO AirAsia Tony Fernandes. (ilustrasi)
Foto: IST
Kerokan sudah identik dengan budaya Indonesia yang kerap dilakukan para turis asing ketika berwisata ke Indonesia, tidak terkecuali CEO AirAsia Tony Fernandes. (ilustrasi)

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA — Mengobati masuk angin atau tubuh yang sedang tidak enak dengan cara kerokan boleh jadi hanya dilakukan masyarakat Indonesia. Kerokan sudah identik dengan budaya Indonesia yang kerap dilakukan para turis asing ketika berwisata ke Indonesia, tidak terkecuali CEO AirAsia Tony Fernandes.

Beberapa waktu lalu, video Tony yang bertelanjang dada sembari dipijit saat sedang rapat, menjadi viral di media sosial setelah mengunggahnya di LinkedIn. Warganet pun ramai memberi komentarnya, namun Tony menjelaskan bahwa kerokan merupakan budaya Indonesia.

Baca Juga

Kemudian, banyak juga turis asing yang misalnya saja berwisata ke Bali, mereka ikut dikerok sebagai saran agar tubuh kembali segar. 

Mengutip dari situs kemlu.go.id, kerokan dan jamu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat di Indonesia, khususnya untuk mengusir gejala masuk angin.

Padahal, kerokan sendiri bukan hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga dilakukan di beberapa negara Asia termasuk Jepang. Kerokan mulai dipraktekkan pada awal abad ke-5, yang kemudian menyebar ke beberapa negara Asia. Kerokan dipercaya dapat mengeluarkan 'angin' yang ada di dalam tubuh.

Tetapi sekarang, Indonesia menjadi negara yang masih sering mempraktikkannya, dibanding negara Asia lainnya. Kerokan biasa dilakukan di bagian punggung, semakin merah warnanya dipercaya bahwa 'angin' yang ada di dalam tubuh sedang banyak, sehingga menyebabkan tidak enak badan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement