AMEERALIFE.COM, JAKARTA---Guru Besar Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut data terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis 7 November 2023 masih menempatkan Indonesia pada urutan dua teratas kasus Tuberkulosis (TBC) di dunia.
"Sejak tahun yang lalu sampai sekarang, Indonesia masih juga menduduki peringkat kedua terbesar jumlah kasus TBC di dunia. Kita masih harus kerja amat keras dalam pengendalian tuberkulosis," kata pakar bidang Pulmonologi dan Resporasi FKUI itu di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Data terbaru di Global TB report pada 7 November 2023 menunjukkan urutan persentase jumlah kasus di dunia yaitu India (27 persen), Indonesia (10 persen), China (7,1 persen), Filipina (7,0 persen), Pakistan (5,7 persen), Nigeria (4,5 persen), Bangladesh (3,6 persen), dan Republik Demokratik Kongo (3,0 persen).
Laporan itu menginformasikan kasus TBC terus meningkat dari 10 juta orang di 2020 menjadi 10,3 juta orang pada 2021 dan kembali naik menjadi 10,6 juta orang pada 2022.
"Untuk kenaikan insiden dunia ini maka Indonesia memang punya peran pula. Negara kita adalah satu dari delapan negara dunia yang menyumbangkan 68 persen kasus TBC di dunia," kata Tjandra.
Selain itu, lanjutnya, Indonesia adalah satu dari 10 negara yang menyumbang 71 persen gap antara insiden dan kasus TBC yang dilaporkan.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengatakan kematian akibat TBC di dunia cenderung menurun, tetapi belum sesuai target global. "Targetnya adalah turun 75 persen antara data kematian 2015 dengan data 2022. Tetapi kenyataannya penurunan antara 2015-2019 adalah 19 persen dan antara 2010-2019 adalah 33 persen," ujarnya.
Informasi lainnya dari Global TB Report, kata Tjandra, bahwa 83 negara di dunia mengalami penurunan insiden TBC berkisar 20 persen. "Dengan kata lain, ada lebih dari 100 negara yang angkanya tidak turun dan untuk Indonesia bahkan dikelompokkan dalam negara yang angka insidennya naik," kata Tjandra.
Pada angka 2022 dibandingkan dengan 2015, lanjutnya, ada 47 negara yang angka kematian TBC-nya turun lebih atau sama dengan 20 persen.
"Artinya, ada sekitar 150 negara yang angka kematian TB-nya tidak turun, dan untuk Indonesia kembali dikelompokkan dalam negara yang angka kematian TBC-nya naik," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam agenda Rapat Kerja Komisi IX DPR RI, Selasa (7/11), mengatakan temuan kasus TBC di Indonesia per Oktober 2023 mencapai 68 persen.
Sedangkan temuan kasus pada 2022 mencapai 724.309 kasus atau setara 75 persen, sebagai capaian tertinggi secara absolut maupun persentase dalam lima tahun terakhir.
"Deteksinya kita agresif dengan target 800 ribu temuan kasus tahun ini secara aktif, seperti di rumah penjara dan orang dengan HIV. Skrining TBC juga kita perbaiki," katanya.
Pencegahan TBC juga dilakukan melalui pemberian terapi pencegahan TBC pada orang-orang yang serumah dengan pasien. Selain itu Indonesia juga mendukung pengembangan vaksin baru untuk TBC.