"Jadi, dilempar ke udara akan membuat kepala mereka terguncang-guncang dengan cepat pada bagian leher. Ini bisa menyebabkan sejenis cedera lecutan (cedera leher) atau bahkan cedera otak," tambah Dr Kaye.
Dr Kaye menambahkan, anak-anak yang sudah lebih besar mungkin akan menyukai permainan seperti dilempar ke udara. Akan tetapi, bukan berarti hal tersebut benar-benar aman dilakukan.
"Ketika Anda melempar mereka (anak-anak) ke udara, Anda melepaskan mereka, sehingga ada risiko Anda tidak bisa menangkap mereka dan mereka akan jatuh," ujar Dr Kaye.
Anak yang terjatuh setelah dilempar ke udara bisa mengalami beragam jenis cedera. Semakin tinggi tubuh anak dilempar, semakin besar pula risikonya bila mereka jatuh.
Bila anak sudah berusia di atas dua tahun dan menyukai permainan dilempar ke udara, Dr Kaye mengatakan ada trik aman yang bisa dilakukan oleh orang tua. Alih-alih melempar tubuh mereka dengan sangat tinggi, orang tua dapat melempar tubuh anak sekitar beberapa inci ke udara.
Dengan begitu, tubuh anak tetap berada dalam jangkauan tangan orang tua. Di saat yang sama, anak bisa memperoleh kesenangan tanpa harus menghadapi risiko besar.
"Jadi, melempar anak berusia 2 tahun beberapa inci ke udara sepertinya tidak terlalu berisiko," lanjut Dr Kaye.
Cedera Kipas
Hal yang sering luput dari perhatian orang tua ketika melemparkan anak ke udara adalah keberadaan kipas di langit-langit rumah yang sedang berputar. Ada cukup banyak kasus cedera pada anak yang disebabkan oleh benturan dengan kipas di langit-langit rumah. Menurut studi dalam jurnal Pediatrics misalnya, ada sekitar 20.500 kasus cedera terkait kipas di langit-langit yang terjadi pada anak dalam kurun waktu 2013-2021.
Jenis cedera yang paling sering....