Kamis 30 Nov 2023 00:02 WIB

Ngantuk Setelah Makan, Bisa Jadi Anda Mengalami Food Coma, Apa Itu?

Kondisi mengantuk setelah makan disebut food coma.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita mengantuk setelah makan (ilustrasi). Kondisi mengantuk setelah makan disebut food coma.
Foto: www.freepik.com
Seorang wanita mengantuk setelah makan (ilustrasi). Kondisi mengantuk setelah makan disebut food coma.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Setelah makan sejumlah orang merasakan ngantuk, khususnya jika makan dalam porsi banyak. Menurut dokter, makanan yang banyak mengandung karbohidrat kemungkinan besar menjadi penyebabnya.

Situasi ini biasa disebut dengan food coma. Ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang food coma agar bisa membedakan antara fakta dan fiksi.

Baca Juga

Food coma atau kantuk setelah makan juga dikenal dengan kantuk pascamakan (postprandial somnolence). Ahli gastroenterology di Gastro Health dr Deepinder Goyal mengatakan, mengonsumsi makanan kaya triptofan atau makan dalam porsi besar semuanya dapat memicu food coma.

“Semakin besar porsi makan, semakin banyak darah yang masuk ke usus untuk membantu pencernaan. Lebih sedikit darah di otak sehingga Anda merasa lebih mengantuk. Namun, kualitas tidur Anda yang sebenarnya mungkin terganggu oleh konsumsi alkohol dan gangguan pencernaan dari semua makanan yang Anda makan,” katanya.

Karbohidrat adalah penyebab sebenarnya

Kentang tumbuk, ubi jalar, roti gulung, dan pai mengandung karbohidrat yang kemungkinan besar akan merusak gula darah. Dokter di Rumah Sakit Brigham dan Wanita di Boston dr Rich Joseph mengatakan makanan dengan indeks glikemik yang lebih tinggi cenderung menyebabkan lebih banyak lonjakan dan penurunan gula darah.

Joseph menyebut, ada cara untuk membantu melawan beberapa efek lesu dari karbohidrat. Misalnya menambahkan sedikit serat dari salad atau sajian sayuran.

“Jika makanannya dalam jumlah besar yang terdiri dari berbagai karbohidrat, lemak, dan protein, kemungkinan besar hal tersebut tidak akan menyebabkan lonjakan gula darah secara agresif. Terutama jika Anda mengonsumsi protein dan lemak sebelum karbohidrat manis,” ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement