AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Bagi orang yang sedang berupaya menurunkan berat badan, para pakar menyarankan menghindari jenis kalori tertentu. Akan tetapi, upaya tersebut juga perlu dibarengi dengan menyantap lebih banyak jenis kalori lain yang lebih sehat.
Dikutip dari laman Daily Record, Jumat (1/12/2023), para ilmuwan mengatakan tidak semua kalori dan unit energi sama. Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Cell Metabolism menyoroti kaitan asam amino bernama isoleusin dengan penurunan berat badan.
"Kalori bukan sekadar kalori. Berbagai komponen makanan memiliki dampak di luar fungsinya sebagai kalori, dan kami telah menggali satu komponen yang mungkin dimakan terlalu banyak oleh banyak orang," ujar penulis utama studi, Profesor Dudley Laming.
Dia dan timnya melakukan percobaan dengan tikus yang berusia sekitar enam bulan (setara dengan manusia berusia 30 tahun). Tikus yang makan lebih sedikit isoleusin tercatat membakar lebih banyak kalori saat tidak banyak bergerak, meski mereka makan lebih banyak.
Beberapa makanan yang mengandung isoleusin termasuk telur, susu, dan protein kedelai, dengan kadar tertinggi pada daging merah seperti steak dan ayam tanpa lemak. Sebenarnya, isoleusin merupakan asam amino esensial yang perlu dimakan setiap orang.
Namun, Profesor Laming dan rekan-rekannya menyebut konsumsi isoleusin tidak perlu berlebihan. Selain isoleusin, tim peneliti juga mencermati 20 jenis asam amino. Tikus dengan diet rendah isoleusin cenderung menjadi lebih ramping dan lemak tubuhnya hilang.
Sementara, tubuh tikus yang menjalani diet rendah asam amino juga menjadi lebih ramping pada awalnya, namun akhirnya berat badan dan lemaknya kembali seperti semula. Tikus yang diberi diet rendah isoleusin juga hidup lebih lama selama periode penelitian.
Tikus jantan rata-rata hidup 33 persen lebih lama dan tikus betina hidup tujuh persen lebih lama. Berdasarkan 26 ukuran kesehatan, mulai dari kekuatan otot, daya tahan, dan rambut rontok, tikus dengan pola makan kadar isoleusin rendah berada dalam kondisi yang jauh lebih baik selama masa hidupnya.
"Kami memulai dengan tikus yang sudah semakin tua. Sangat menarik dan membesarkan hati untuk mendapati bahwa perubahan pola makan masih bisa membuat perbedaan besar dalam jangka hidup dan apa yang kita sebut 'masa kesehatan', bahkan ketika hal itu dimulai mendekati usia paruh baya," kata Lamming.
Namun, mekanisme di balik manfaat nyata dari asupan rendah isoleusin belum dipahami dengan baik. Selain itu, Lamming dan timnya juga tidak merekomendasikan untuk menghilangkan isoleusin sepenuhnya dari pola makan harian.
Survei Kesehatan Wisconsin menunjukkan bahwa asupan isoleusin setiap orang berbeda-beda. Individu yang lebih kurus cenderung mengonsumsi makanan yang lebih rendah isoleusin. Data lain dari laboratorium Lamming menunjukkan bahwa orang dengam kelebihan berat badan dan obesitas mungkin mengonsumsi lebih banyak isoleusin daripada yang dibutuhkan tubuh.