Kamis 14 Dec 2023 17:37 WIB

Penerjemah Buku BTS Tolak Permintaan Fans Terjemahkan Isi Surat RM, Mengapa?

Penerjemah buku BTS memiliki alasan khusus menolak menerjemahkan isi surat RM.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
BTS. Penerjemah resmi BTS menolak untuk menerjemahkan isi surat RM.
Foto: Dok. X/BTS_twt
BTS. Penerjemah resmi BTS menolak untuk menerjemahkan isi surat RM.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pada 11 Desember, leader grup K-pop BTS, RM, mendaftar militer bersama sesama anggotanya V. Sebelum berangkat, RM menulis surat panjang dan menyentuh hati kepada Army (sebutan untuk penggemar BTS) dan mengunggahnya di Weverse.

Dalam surat tersebut, dia berbicara tentang kenangan indahnya bersama penggemar sebagai anggota BTS dan dengan jujur mengungkapkan ketakutannya akan 18 bulan mendatang. 

Baca Juga

“18 bulan ini bisa panjang atau pendek, tapi saya percaya ini akan menjadi saat di mana kita semua bisa mendapatkan inspirasi dan pembelajaran baru namun asing. Meski mungkin menakutkan dan menyeramkan, adakah yang lebih menghibur daripada kenyataan bahwa di masa yang tidak menentu ini, akan ada sesuatu yang diharapkan dan dinantikan? Itu mungkin tugasku, tapi menurutku itu juga merupakan cinta semua orang,” ujar RM, dilansir Koreaboo, Kamis (14/12/2023). 

Surat itu menyentuh hati. Surat tersebut berbahasa asli Korea sehingga sulit menerjemahkannya secara akurat ke dalam bahasa Inggris. Beberapa penggemar meminta Anton Hur, penulis dan penerjemah yang mengerjakan memoar BTS versi bahasa Inggris, Beyond The Story: 10-Year Record Of BTS untuk diterjemahkan. 

Namun, Hur menyuarakan keengganannya untuk menerjemahkan surat tersebut dalam rangkaian pesan terperinci di X. Hal tersebut menyiratkan bahwa surat tersebut tidak sejalan dengan pandangannya tentang wajib militer secara umum, yang “sangat ambivalen” berdasarkan kehidupan nyata. 

“Saya tidak mengabaikan permintaan (dengan sangat hormat) untuk menerjemahkan surat Namjoon. Saya hanya merasa sangat ambivalen tentang wajib militer secara umum karena pengalaman saya sendiri dalam bertugas di tentara Korea dan keyakinan politik saya yang sangat non mainstream,” tulis Hur pada Selasa (12/12/2023) di X. 

Dia kemudian menceritakan kenangan menyakitkan saat bertugas, di mana dia terluka parah. Sebuah kecelakaan konstruksi menyebabkan dua tulang belakangnya dan semua tulang tumitnya hancur total. Menurut dokternya, merupakan sebuah keajaiban bahwa dia dapat bertahan hidup tanpa menderita dampak fisik yang lebih parah. 

“Sampai hari ini saya telah menyatukan tulang belakang, dan sepertiga kerangka kaki saya adalah implan titanium. Saya diangkat menjadi Orang yang Berjasa kepada Negara pada tahun 2002," kata dia.

“Doker saya mengatakan ini adalah keajaiban saya, pertama: tidak meninggal, kedua: tidak menjadi lumpuh, dan ketiga: dapat berjalan. Bisa dibilang saya berada dalam posisi yang sangat khusus untuk mempunyai pendapat mengenai masalah wajib militer. Pendapat saya, ini terlalu diromantisasi, demi kepentingan kerajaan orang lain," jelasnya.

Hur kemudian mengkritik politisi Korea Selatan karena tidak menghormati artis Korea dan mengakui soft power negara tersebut, yaitu BTS, dan penolakan mereka untuk mengecualikan para anggota. “Meskipun saya tahu bahwa BTS tidak pernah meminta pengecualian, mereka ingin diperlakukan sama, saya juga punya pendapat tidak populer bahwa jika mengecualikan pemain sepak bola yang bahkan tidak memenangkan Piala Dunia dari wajib militer, kita seharusnya mengecualikan artis Billboard nomor 1," jelasnya.

“Tapi para politisi Korea lebih peduli dengan pemikiran idi*t mereka yang lebih besar karena ada pria Korea lain yang menendang bola ke gawang daripada soft power atau reputasi seni Korea di dunia internasional. Atau, entahlah lebih dari sekadar merundingkan perjanjian damai dengan Korea Utara," ujarnya lagi.

Dia juga mengkritik pemerintah setempat karena kegagalannya dalam mengakhiri perang antara Utara dan Selatan, yang memasuki tahun ke-70 gencatan senjata pada tahun 2023. Akibatnya, kata Hur, generasi muda negara tersebut harus menanggung akibatnya.

“Sangat disayangkan bahwa ini adalah tahun ke-70 gencatan senjata dan kita masih belum mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea. Generasi muda kitalah yang masih menanggung dampaknya, yang orang tuanya bahkan sudah tidak hidup pada tahun 1950-1953,” kata dia.

Dia mengakhiri topiknya dengan mengatakan dia merasa terlalu malu dan marah atas perpecahan ini untuk menerjemahkan surat itu. “Saya terlalu malu dan marah dengan keadaan perpecahan ini sehingga saya tidak bisa menerjemahkan surat ini. Kita telah gagal dan terus mengecewakan generasi muda karena tidak mengakhiri perang ini. Rasanya salah jika saya kemudian menerjemahkan surat seorang pemuda pemberani yang memberikan penghiburan kepada teman-temannya. Saya minta maaf," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement