3. Finding Nemo (2003)
Warna-warna cerah dan beragam kehidupan laut membuat anak-anak suka menonton film Finding Nemo. Tak heran apabila anak-anak akan lebih mengidentifikasikan dirinya dengan Nemo, yang ingin mendapatkan kebebasan dari ayahnya yang sangat protektif.
Ketika menyimak lagi film ini di usia dewasa, penonton akan tersadar betapa dalamnya cinta orang tua. Marlin adalah protagonis yang sebenarnya, memulai pengembaraan berbahaya untuk mencari putranya. Belum lagi, peristiwa traumatis yang pernah dia alami.
4. Mrs Doubtfire (1993)
Mungkin ketika menonton film ini saat masih anak-anak, yang teringat hanya adegan lucu ketika Daniel (Robin Williams) berpura-pura jadi pengasuh bernama Nyonya Doubtfire. Sementara, ketika menontonnya lagi saat dewasa, ada kisah yang jauh lebih kompleks.
Sinema itu sebenarnya bisa berdampak besar secara emosional, sebab banyak bicara tentang efek perceraian dalam berbagai dimensi. Selain itu, jika ditonton lagi ketika dewasa, sebenarnya premis cerita bisa terlihat invasif dan menyeramkan.
5. Lilo & Stitch (2002)
Anak-anak yang menonton film ini mungkin belajar banyak mengenai makna keluarga, sebab "ohana" memang jadi sorotan utama. Namun, ketika menontonnya ulang saat dewasa, terasa betul betapa Nani, kakak Lilo, adalah wali yang sangat tidak siap.
Dia sebenarnya juga anak yang belum bisa mengatasi duka karena kehilangan orang tuanya. Selain itu, Nani menghadapi masalah keuangan dan berusaha mencari pekerjaan yang dapat menimbulkan perasaan stres dan putus asa di kalangan orang dewasa.