Karen Heffler, MD, seorang profesor Psikiatri di Drexel’s College of Medicine dan penulis utama studi tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan, hubungan ini dapat memiliki implikasi Penting terhadap gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dan autisme. Sebab proses sensorik atipikal jauh lebih umum terjadi pada populasi-populasi ini.
"Perilaku berulang, seperti yang terlihat pada gangguan spektrum autisme, sangat berkorelasi dengan pemrosesan sensorik yang tidak lazim,” ujar Heffler.
Heffler menambahkan penelitian di masa depan dapat menentukan apakah waktu di depan layar di awal kehidupan dapat memicu hiperkonektivitas otak sensorik yang terlihat pada gangguan spektrum autisme, seperti peningkatan respons otak terhadap rangsangan sensorik. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hubungan antara perilaku dan waktu penggunaan perangkat serta untuk mengetahui penyebab utamanya.
Sementara itu, Dorothy Bishop, profesor emeritus neuropsikologi perkembangan di University of Oxford, Inggris, dalam sebuah pernyataan, mengungkapkan ini adalah studi observasional dan tidak dapat membuktikan bahwa ada hubungan sebab akibat antara paparan layar dan dampak buruk pada anak-anak.
Seperti yang penulis catat, menurut Bishop, tanpa uji coba secara acak, hasil ini tidak jelas. Asosiasi seperti yang ditemukan dapat muncul jika anak-anak dengan gangguan sensorik lebih cenderung mencari layar, dan/atau variabel lain yang tidak terkontrol (misalnya kebisingan di rumah) menyebabkan lebih banyak paparan layar dan tantangan-tantangan sensorik.
"Mereka juga menunjukkan batasan-batasan lain: kesulitan sensorik dan waktu pemakaian perangkat didasarkan pada laporan orang tua, yang tidak obyektif, dan pengukuran waktu penggunaan perangkat tidak memberikan informasi tentang jenis screen time," ujar Bishop.
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry merekomendasikan anak-anak di bawah usia 18 bulan harus membatasi waktu menonton video chat saja, sedangkan anak usia 18 hingga 24 bulan sebaiknya dibatasi menonton program-program pendidikan dengan pengasuhnya. Pada usia 2 hingga 5 tahun, asosiasi tersebut merekomendasikan maksimal satu jam screentime nonpendidikan pada hari-hari kerja dan tiga jam pada akhir pekan.