Mengenal Harimau Sumatera
Menurut laman resmi Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) di situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), harimau sumatra merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Hewan mamalia dengan nama latin Panthera tigris sumatrae ini termasuk ke dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah.
Per 2018, KLHK mengungkapkan bahwa populasi harimau sumatra di alam liar diperkirakan berjumlah kurang lebih 603 ekor. Harimau-harimau sumatra ini tersebar di 23 lanskap di Sumatra dengan jumlah masing-masing berkisar antara 1-185 individu per lanskap.
TNBT menambahkan, populasi harimau sumatra yang tersisa saat ini hidup di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan. Sebagian besar kawasan tersebut telah mengalami pembukaan hutan untuk pertanian atau perkebunan, sehingga habitat harimau sumatra ini semakin berkurang.
"Provinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi harimau sumatra," tutur TNBT.
Bila mengacu pada data kompilasi mitra YPKHS dan balai TNBT pada 2017, harimau sumatra yang hidup di TNBT berjumlah 47 ekor. Jumlah tersebut sudah mengalami peningkatan semenjak pendataan awal yang berjumlah hanya 35 ekor. Meski ada peningkatan, angka tersebut masih dianggap kecil bila dibandingkan dengan satwa lain.
"Oleh karena itu, harimau sumatra berstatus kritis (critically endangered)," jelas TNBT.
Menurut TNBT, harimau sumatra memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan semua sub spesies harimau yang hidup saat ini. Harimau sumatra juga memiliki warna kulit yang lebih gelap dibandingkan seluruh jenis harimau.
Satwa ini menyukai lintasan bersih dan cenderung menghindari semak lebat, kecuali saat mengejar mangsa. Di kawasan TNBT, punggungan yang saling menyambung antara bukit satu dan bukit lainnya menjadi medan bermain para harimau sumatra.