Lipa lalu menggunakan media sosialnya untuk menyuarakan kecaman terhadap upaya penggusuran tersebut. Lipa mengungkapkan bahwa dia berdiri bersama semua orang yang tertindas dan mengecam semau bentuk rasisme.
"Ini adalah kehidupan dan rumah-rumah orang tak bersalah. Dunia perlu mengintervensi dan menghentikan ini. Tak boleh lagi ada pembersihan etnis," tulis Lipa melalui media sosial kala itu, seperti dilansir dari laman resmi BDS Movement.
Pernyataan Lipa tersebut lalu dipelintir hingga membuatnya dianggap sebagai sosok antisemit. The New York Times bahkan memuat sebuah iklan provokatif yang dipasang oleh Rabbi Shmuley Boteach dari World Values Network.
Iklan tersebut menyebut nama Lipa dan sejumlah selebritas lain sebagai sosok antisemit karena menuduh Israel melakukan pembersihan etnis di Palestina. Lipa dan para selebritas dalam iklan tersebut juga disebut telah memberikan fitnah keji kepada Israel.
Bukan tanpa alasan Lipa kerap menunjukkan solidaritas untuk orang-orang yang tertindas akibat perang. Orang tua Lipa juga merupakan korban peperangan yang harus meninggalkan negara asal mereka dan menjadi pengungsi di London, Inggris.
"Keberadaan saya cukup politis, mengingat fakta bahwa saya tinggal di London karena orang tua saya melarikan diri dari perang. Saya bisa memahami perasaan orang-orang yang harus meninggalkan rumah mereka," jelas perempuan keturunan Albania tersebut.
"Ketika saya ingin berbicara tentang sesuatu, saya berharap orang-orang bisa melihat itu apa adanya dan menyadari tak ada niat jahat di sana," ungkap Lipa.