Kamis 15 Feb 2024 10:03 WIB

Apa itu Silent Majority yang Viral Usai Hasil Quick Count?

Mayoritas yang diam mengacu pada masyarakat yang tidak terlibat aktif dalam politik.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Warga menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 035 Kampung Curug, Desa Bojong Koneng,  Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/2/2024).
Foto:

Sejarah istilah silent majority

Istilah ini dipopulerkan oleh Presiden AS Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1969. Dalam penggunaan frasa ini merujuk pada orang-orang Amerika yang tidak bergabung dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam pada saat itu, dan tidak bergabung dalam budaya tandingan, serta yang tidak berpartisipasi dalam wacana publik. 

Nixon menghadapi tekanan kuat dari sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-perang yang sangat aktif. Dengan mengumpulkan mayoritas yang diam, ia mampu memperoleh dukungan terhadap kebijakannya dan memenangkan pemilihan kembali. 

Mayoritas yang diam di bawah Nixon mencakup orang-orang yang sebagian besar adalah veteran Perang Dunia II yang lebih tua; kaum muda di Midwest, Barat, dan Selatan; dan orang kulit putih kerah biru yang tidak aktif dalam politik. Beberapa penduduk di Silent Majority memang mendukung kebijakan konservatif.

 

Istilah ini juga digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi presiden tahun 1920. Sebelumnya, frasa tersebut digunakan pada abad ke-19 sebagai eufemisme yang mengacu pada semua orang yang telah meninggal, dan ada pula yang menggunakannya sebelum dan sesudah Nixon untuk merujuk pada kelompok pemilih di berbagai negara di dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement