Terkait istilah "pelakor" (perebut laki orang), seorang warganet ada yang menimpali bahwa istilah ini tidak misoginis karena ada istilah lain untuk menyebut sebaliknya, yakni "pebinor" (perebut bini orang).
"Lahh kan selain 'Pelakor' juga ada istilah 'Pebinor". Misoginis kayak nggak ada pasangannya aja. Kan ada juga. Penggunaannya ya tergantung konteks, siapa yang jadi tukang rebut dan korbannya. Gitu aja kok repot," kata akun @mahfud***.
Sementara itu, Ernest menunjukkan kebesaran hatinya dalam menerima kritik dari @runiarumndari. Dia menuliskan pesan khusus untuk mengapresiasi kritik Runi terhadap film yang diproduserinya.
"Hi Runi, salam kenal. Terima kasih banyak untuk ulasannya, masukannya diterima dengan baik. Akan jadi catatan untuk kami moving forward. All the best," tulis Ernest.
Pada Selasa (20/2/2024), Ernest melanjutkan percakapan dengan menuliskan utas di akun Twitter-nya. Ia menyoroti tentang opini tiap orang terhadap suatu film.
"Film itu seni, dan seni itu relatif. Maka dari itu, SEMUA opini pribadi terhadap film, adalah valid. Gue menghormati semuanya, tanpa terkecuali. Mulai dari pujian termanis sampai kritik terkeras. Itu cara gue untuk bertumbuh dan mendewasakan diri," kata dia.