Senin 25 Mar 2024 15:22 WIB

Kemoterapi Biasa dan Preventif yang Dijalani Kate Middleton, Apa Bedanya?

Kemoterapi preventif diprediksi memerlukan periode pengobatan kanker singkat.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Princess of Wales Kate Middleton. Kate Middleton diagnosis menderita kanker dan telah menerima kemoterapi preventif.
Foto: REX/Shutterstock
Princess of Wales Kate Middleton. Kate Middleton diagnosis menderita kanker dan telah menerima kemoterapi preventif.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Princess of Wales, Kate Middleton, diagnosis menderita kanker dan telah menerima kemoterapi preventif. Bagaimana perbedaan kemoterapi preventif yang biasanya disebut sebagai kemoterapi tambahan ini dengan kemoterapi biasa?

Dilansir Time, Senin (25/3/2024), ketika semua tanda kanker pasien yang terlihat dihilangkan selama operasi dan kemoterapi tambahan digunakan, dokter dapat meresepkan salah satu dari ratusan obat yang tersedia untuk mengobati kanker stadium lanjut. Ketua Sementara Divisi Hematologi dan onkologi di Mayo Clinic dr Jeremy Jones menuturkan kadang-kadang obat ini diberikan dalam dosis yang lebih rendah, namun sering kali diberikan dalam dosis sama untuk mengobati kanker.

Baca Juga

Direktur penelitian kesehatan wanita di Jonsson Comprehensive Cancer Center UCLA, dr Beth Karlan, menyebutkan orang yang menerima kemoterapi tambahan mungkin hanya memerlukan periode pengobatan singkat dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan kemoterapi untuk mengobati penyakit yang lebih serius. Dr Beth Karlan tidak memiliki pengetahuan tentang kasus Kate Middleton. 

Umumnya, obat diberikan melalui infus di rumah sakit atau fasilitas selama rentang waktu beberapa jam. Namun ada pula yang memerlukan waktu lebih lama, pasien tersebut mungkin menerima port dan kembali ke rumah dengan pompa yang terus memberikan kemoterapi selama sekitar satu hari. Sebagian besar program kemoterapi tambahan berlangsung setidaknya tiga bulan.

“Ada banyak bukti yang mendukung kemoterapi tambahan yang berdampak pada kelangsungan hidup secara keseluruhan, dan memungkinkan pasien untuk hidup lebih lama dan bahkan mungkin dapat menyembuhkan,” kata dia. 

Dilansir CBS News, Mayo Clinic mengatakan perawatan dalam kemoterapi tambahan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk tergantung pada jenis kankernya, termasuk pil, infus, krim, suntikan, dan banyak lagi. Kepala koresponden medis CBS News, dr Jon LaPook mengatakan meskipun jenis pengobatan ini merupakan upaya untuk mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker, kemoterapi tambahan masih merupakan proses yang intensif, dan dapat menimbulkan berbagai potensi efek samping yang mungkin termasuk kelelahan, dan peningkatan risiko tertular infeksi.

Menurut Mayo Clinic, efek samping lain yang mungkin terjadi antara lain mual, rambut rontok, sariawan, kehilangan nafsu makan, mudah memar, dan berdarah. Klinik tersebut mengatakan banyak dari penyakit ini dapat dicegah atau diatasi dengan pengobatan.

Namun, Mayo Clinic menjelaskan, ada juga beberapa potensi efek samping jangka panjang yang baru muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemoterapi, seperti kerusakan jaringan paru-paru, masalah jantung, infertilitas, dan risiko kanker kedua. Selain itu, klinik tersebut juga menuturkan kemoterapi tambahan sangat bergantung pada jenis kanker, seberapa agresif kanker tersebut, dan pada stadium apa penerimanya. Dr LaPook berbicara dengan pakar kanker di NYU Langone Health, yang mengatakan prosesnya mungkin sulit, tetapi orang cenderung mendapatkan pemulihan 100 persen setelahnya dalam hal mendapatkan kembali kekuatan mereka dan kembali ke fungsi normal. 

Dia menambahkan fakta bahwa hal ini tampaknya berpotensi menjadi pertanda baik bagi Middleton. “Meskipun kami terkejut dengan hal tersebut dan dia juga terkejut dengan hal tersebut, secara keseluruhan, hal ini sebenarnya relatif menggembirakan karena hal tersebut ditemukan begitu awal,” kata LaPook. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement