Dalam unggahan di media sosialnya, ustadz Hilmi Firadusi menilai film Kiblat sama sekali tidak mendidik. Film tersebut menurutnya mirip dengan film Makmum dan Khazab yang juga mengambil unsur-unsur religi atau simbol-simbol Islam untuk film horor.
"Ini sama sekali tidak mendidik, bahkan membuat sebagai orang jadi takut untuk sholat," ujar ustadz Hilmi, dikutip Republika.co.id pada Senin (25/3/2024).
Mulai saat ini, mohon hentikan membuat film dgn menghororisasi simbol2 Islam. Kita sdh banyak termakan oleh stigma bahwa malam jum'at itu horor, kain kafan itu seram...pdhal itu hal2 mulia dalam islam. Jangan sampai skrg sholatpun jadi ikut2an seram karena dijadikan tema dlm film…
— Hilmi Firdausi (@Hilmi28) March 24, 2024
Ustadz Hilmi berharap, dengan dilarangnya penayangan film Kiblat maka akan menghentikan niatan memproduksi film-film serupa yang mengangkat latar religi, namun dijadikan film horor.
"Mulai saat ini, mohon hentikan membuat film dengan menghororisasikan simbol-simbol Islam. Kita sudah banyak termakan oleh stigma bahwa malam Jumat itu horor, kain kafan itu seram, padahal itu hal-hal mulia dalam Islam," jelasnya.
"Jadi jangan sampai sekarang sholat pun jadi ikut-ikutan seram karena dijadikan tema film horor. Umat Islam pun harus berhenti menonton film-film seperti ini. Insya Allah jika tidak ada pasarnya film-film semacam ini tidak akan dibuat lagi," ujar ustadz Hilmi.
Sementara itu, sutradara Gina S Noer termasuk salah satu yang resah mengenai film horor yang menurutnya semakin mengeksploitasi agama. Dalam unggahan Instagram Story di akunnya, Gina membandingkan film horor Indonesia dengan film horor Korea Exhuma yang mengemas keyakinan karakternya justru untuk melawan setan yang kuat.