AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pakar nutrisi bayi dan anak RS Cipto Mangunkusumo Nita Azka Nadhira S.Gz mengatakan, penyebab stunting dikategorikan menjadi dua macam.
Yaitu asupan nutrisi yang kurang sehingga berat badan tidak bisa naik dan tumbuh kembang tidak seoptimal usianya. Kedua, ada kondisi yang menyebabkan kebutuhan asupan gizinya meningkat sehingga jika tidak terpenuhi anak masuk kategori stunting.
Peningkatan kebutuhan nutrisi biasanya terjadi pada anak yang mengalami penyakit jantung bawaan, alergi susu sapi, lahir dengan berat badan rendah atau infeksi seperti TBC. Kondisi itu menyebabkan asupan nutrisi anak tidak bisa mencukupi (adekuat) dengan memberatnya penyakit yang diderita anak.
Kombinasi dua hal itu, kata Nita, menyebabkan anak stunting. Sehingga stunting tidak bisa hanya dikaitkan dengan tubuh pendek tapi banyak faktor seperti kemiskinan yang dapat berpengaruh pada anak nantinya ketika dewasa.
Lulusan ilmu nutrisi dari Universitas Brawijaya Malang ini mengatakan, dampak anak yang mengalami stunting pasti memiliki imun tubuh yang lebih rendah dibandingkan anak yang sehat. Sehingga anak stunting lebih mudah mengalami infeksi.
Periode tumbuh kembangnya juga terhambat karena tubuhnya fokus menangani penyakitnya sehingga kapasitas otak tidak maksimal. Kondisi itu terlihatnya saat anak SD atau dewasa. Ternyata potensi kognitifnya rendah dan kemampuan fisiknya itu jauh berbeda dengan anak-anak seumurannya.
"Sedikit-sedikit sakit, pada saat dewasa kapasitas kerjanya cenderung lebih rendah sehingga kesulitan cari kerja dan jatuh ke kemiskinan lagi," kata Nita.
Kerugian lain jika anak mengalami stunting pada saat kecil juga berisiko mengalami penyakit yang lebih berat pada saat dewasa nanti karena kebutuhan proteinnya kurang. Hal ini bisa menyebabkan penurunan oksidasi lemak sehingga lebih rentan mengalami akumulasi lemak sentral dan mengalami berbagai masalah kesehatan seperti diabetes, hipertensi, hingga gangguan reproduksi.
"Jadi stunting ini hasilnya tidak bisa kita lihat dalam waktu dekat jadi jangka panjang, pencegahannya pun sedini mungkin dan komprehensif bukan hanya sekedar bayi sudah lahir saja," tutup Nita.