Ahad 21 Apr 2024 00:03 WIB

Argentina Dilanda Pneumonia Misterius yang Mirip Covid-19, Penderitanya Sakit Parah

Argentina mengalami peningkatan kasus pneumonia atipikal parah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan batuk (Ilustrasi). Argentina tengah mengalami peningkatan kasus pneumonia atipikal yang menyerang kelompok usia muda.
Foto: Pixabay
Perempuan batuk (Ilustrasi). Argentina tengah mengalami peningkatan kasus pneumonia atipikal yang menyerang kelompok usia muda.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sebuah peringatan mendesak telah dikeluarkan setelah munculnya penyakit misterius yang menyerupai Covid-19. Penyakit itu menyebabkan sejumlah orang dirawat di rumah sakit dengan gejala pneumonia parah di Buenos Aires, Argentina.

Peringatan tersebut disampaikan melalui sistem pengawasan kesehatan masyarakat internasional ProMED pada 17 April 2024. ProMED, yang merupakan program dari Masyarakat Internasional untuk Penyakit Menular, mencatat peningkatan kasus pneumonia atipikal yang membutuhkan perawatan kritis dalam 30 hari terakhir di Ibu Kota Argentina tersebut.

Baca Juga

Mayoritas yang terkena dampak adalah kaum muda tanpa faktor risiko utama. Penderitanya sering kali memerlukan bantuan pernapasan.

Dalam peringatan tersebut, 20 dari 60 kasus yang teridentifikasi menunjukkan gejala psittacosis. Ini adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Chlamydophila psittaci dan sering kali terkait dengan burung peliharaan seperti parkit dan burung beo.

Hanya saja, banyak pasien yang terinfeksi tidak memiliki riwayat kontak dengan burung. Psittacosis dapat menyebar melalui debu yang mengandung bakteri dari kotoran dan sekresi burung yang terinfeksi.

Jika tidak diobati, infeksinya dapat berakibat fatal. Sejauh ini, memang belum ada konfirmasi pasti bahwa psittacosis adalah penyebab utama dari wabah ini.

Meski begitu, ahli penyakit menular dari University of East Anglia, Profesor Paul Hunter, menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan antara kasus-kasus tersebut dan kontak dengan burung yang terinfeksi cukup tinggi. Hunter mengatakan kasus seperti ini bisa terjadi jika dua patogen berbeda menyebabkan wabah penyakit pernapasan secara bersamaan.

"Jadi, seiring berjalannya waktu, mungkin akan semakin banyak kasus yang terbukti disebabkan oleh psittacosis," kata Hunter, dilansir Express, Sabtu (20/4/2024).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement