AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sebuah studi baru dari para peneliti di University of California San Francisco (UCSF) menemukan konsumsi makanan dengan kadar natrium tinggi bisa meningkatkan risiko pengembangan dermatitis atopic (DA) atau eksim. Eksim adalah sebuah kondisi peradangan kulit, yang memiliki gejala berupa ruam, kulit kering dan bersisik atau pecah-pecah, gatal, serta kulit yang berubah warna dan lecet. Kondisi ini disebabkan oleh pemicu tertentu yang berbeda pada setiap orang.
Menurut temuan ini, individu dengan peningkatan 1 gram dalam ekskresi natrium urine selama 24 jam, 11 persen lebih mungkin terkena eksim. Lalu 16 persen lebih mungkin mengalami kekambuhan gejala eksim yang sudah ada, serta 11 persen lebih mungkin untuk meningkatkan keparahan eksim.
“Dermatitis atopik mencakup spektrum proses inflamasi dan dipicu oleh berbagai faktor lingkungan. Studi ini adalah langkah pertama di mana kami dapat menunjukkan hubungan antara garam makanan dan eksim pada populasi besar,” kata Katrina Abuabara, profesor dermatologi di UCSF dan penulis studi, seperti dilansir Medical News Today, Rabu (12/6/2024).
Penelitian ini merupakan investigasi cross-sectional terhadap data 215.832 partisipan di BioBank Inggris yang berusia 37 hingga 73 tahun. Kelompok ini mencakup 10.839 orang yang menderita eksim, sedangkan sisanya tidak.
Urinalisis peserta menetapkan bahwa rata-rata perkiraan sekresi natrium urin 24 jam adalah 3,01 gram, yang mewakili sekitar 90 persen dari asupan natrium makanan hari sebelumnya. Para peneliti mengamati bahwa untuk setiap 1 gram natrium di atas rata-rata tersebut, risiko dermatitis atopik meningkat.
"Diduga natrium disimpan di kulit untuk mencegah kehilangan air, dan dapat membantu mencegah infeksi. Namun, natrium juga dapat mengaktifkan sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh, memicu beberapa jalur inflamasi dan menghilangkan 'rem' dari yang lain,” ujar Abuabara.
Michelle Routhenstein, seorang ahli diet preventive cardiology di Entirely Nourished, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mencatat adanya keterbatasan dari temuan ini. Dia mengatakan penelitian ini hanya melibatkan satu sampel urine per peserta, yang digunakan untuk memperkirakan ekskresi natrium urin selama 24 jam. Perkiraan ekskresi natrium selama 24 jam ini kemudian digunakan untuk mengukur asupan natrium dari makanan yang dikonsumsi oleh partisipan.
“Tanpa lebih banyak sampel yang dikumpulkan dalam jangka waktu yang lebih lama, kemampuan penelitian untuk menilai asupan natrium jangka panjang secara akurat menjadi terbatas,” kata Routhenstein.
Natrium sendiri merupakan jenis mineral yang mudah ditemukan pada berbagai makanan, terutama garam. Makanan kalengan dan hidangan instan sering kali mengandung tingkat natrium tinggi sebagai dari bahan pengawet.