AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Ada banyak pilihan investasi bagi perempuan yang sedang merencanakan keuangannya. Reksadana, saham blue chip, obligasi pemerintah, deposito adalah ragam investasi yang bisa dipilih.
Tetapi, masih banyak perempuan memilih menabung dengan pola tradisional, lewat arisan tetangga misalnya. Sebenarnya apakah arisan bisa menjadi bagian dari perencanaan keuangan?
Wakil Dirut Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan, sebenarnya menabung dengan pola tradisional seperti arisan masih bisa relevan sebagai bentuk tabungan sosial. Namun, tidak optimal untuk pertumbuhan investasi.
"Saran saya, kita bisa memanfaatkan teknologi dan produk digital contohnya seperti Superapp Livin yang bisa diakses lewat smartphone. Riset mengatakan arisan hanya memberikan pengembalian yang minimal dan tidak mengalahkan inflasi yang rata-rata sebesar 3,5 persen per tahun," katanya, dikutip Senin (19/8/2024).
Sementara itu, di sisi lain, banyak ibu rumah tangga tergoda investasi via trading saham. Kemudahan teknologi dan maraknya ajakan trading saham membuat tak sedikit perempuan tergoda mencoba.
Xandra menegaskan, trading saham memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam karena risikonya yang tinggi. Ia menyarankan, ibu rumah tangga sebaiknya mulai dengan investasi yang lebih stabil dan belajar secara bertahap sebelum terjun ke trading.
"Sekitar 90 persen trader pemula mengalami kerugian dalam tahun pertama trading saham. Jika kita merasa kita sudah cukup paham
investasi saham, maka jenis saham ini sangat baik untuk mendapatkan imbalan investasi yang cukup tinggi," terang dia.
Teorinya, investasi agresif seperti saham lebih cocok untuk yang lebih muda, sementara investasi konservatif seperti obligasi dan deposito lebih cocok untuk yang mendekati pensiun. Riset menunjukkan portofolio yang disesuaikan dengan usia dapat meningkatkan keamanan finansial di masa pensiun hingga 30 persen.
Xandra melihat dari tahun ke tahun, perempuan Indonesia semakin melek keuangan, karena sudah semakin banyak institusi maupun individu yang mengedukasi tentang hal ini. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) data 2023 indeks literasi keuangan perempuan Indonesia masih berada di angka 36 persen, lebih rendah dibandingkan laki-laki yang mencapai 44 persen.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyulitkan perempuan Indonesia untuk melek keuangan termasuk kurangnya edukasi keuangan, akses terbatas ke layanan keuangan, dan tanggung jawab domestik yang tinggi. Riset World Bank menemukan hanya 22 persen perempuan Indonesia memiliki akses penuh ke layanan perbankan formal.
Xandra berpesan, kemandirian finansial dimulai dengan pendidikan. Perempuan Indonesia harus terus belajar dan meningkatkan literasi keuangan, memanfaatkan teknologi untuk mengakses informasi dan layanan keuangan, serta disiplin dalam menabung dan berinvestasi.
"Jangan takut untuk mencari nasihat profesional dan selalu memiliki rencana keuangan yang jelas dan mulailah menciptakan pondasi keuangan yang solid. Bentuk dana darurat, lunasi utang berbunga tinggi, dan tetapkan tujuan keuangan yang jelas. Langkah-langkah ini sangat penting dalam membangun dasar keuangan yang aman," katanya.
Sehingga perempuan dapat mencapai kemandirian finansial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.