Selasa 20 Aug 2024 08:41 WIB

Kementerian Kesehatan Palestina Konfirmasi Kasus Pertama Polio di Gaza Setelah 25 Tahun

Munculnya kembali polio dinilai sebagai ancaman baru bagi anak-anak di Jalur Gaza.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak-anak di Gaza, Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kasus pertama di jalur Gaza mengakhiri periode 25 tahun di mana kawasan ini bebas dari polio.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Anak-anak di Gaza, Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kasus pertama di jalur Gaza mengakhiri periode 25 tahun di mana kawasan ini bebas dari polio.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Seorang ibu di Gaza bernama Ghada al-Ghandour merasa khawatir putranya yang baru berusia satu bulan, Mohammed, dapat terinfeksi polio. Kekhawatiran ini muncul setelah Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kasus pertama di jalur Gaza pada Jumat lalu, mengakhiri periode 25 tahun di mana kawasan ini bebas dari polio.

Hanya tiga hari setelah kelahirannya, Mohammed mulai mengalami ruam kulit. “Dia mengalami ruam kulit seperti terbakar,” kata al-Ghandour seperti dilansir Reuters, Selasa (20/8/2024).

Baca Juga

Seorang dokter yang merawat Mohammed menyatakan tidak ada krim untuk mengobati ruam tersebut. Al-Ghandour kemudian membawa buah hatinya ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan.

Ruam kulit yang dialami Mohammed memicu kekhawatiran gejala dan penyakit lain dapat muncul, terlebih saat ini kebersihan dan persediaan media di Gaza semakin menipis setelah lebih dari 10 bulan konflik berkepanjangan. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kasus pertama polio di kota Deir al-Balah telah terdeteksi pada bayi berusia 10 bulan yang belum divaksinasi. Demikian juga, Mohammed belum menerima vaksin polio.

“Anak saya tidak mendapatkan vaksin pertama di bulan pertamanya,” kata Al-Ghandour.

Hamid Jafari, seorang spesialis polio di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan pada 7 Agustus, bahwa ada kemungkinan virus tersebut telah beredar sejak September. Polio, yang menyebar terutama melalui jalur fecal-oral, adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Anak-anak di bawah usia 5 tahun adalah yang paling berisiko terkena penyakit virus ini, terutama bayi di bawah usia 2 tahun, karena rejimen vaksinasi yang normal telah terganggu oleh perang.

“Jika penjajah (pasukan Israel) terus menutup perbatasan dan menolak akses terhadap vaksin, maka akan menimbulkan bencana kesehatan,” kata Khalil al-Daqran, juru bicara Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa.

Menyikapi situasi ini, Israel pada Ahad mengumumkan bahwa mereka akan memfasilitasi pengiriman vaksin polio ke Gaza untuk sekitar satu juta anak. Lebih dari 43 ribu botol vaksin diperkirakan akan tiba di Israel dalam beberapa pekan mendatang dan akan dikirim ke Gaza, menurut sebuah pernyataan dari COGAT, badan pertahanan Israel yang mengkoordinasikan urusan sipil dengan Palestina. Jumlah tersebut akan cukup untuk dua putaran dosis bagi lebih dari satu juta anak.

Namun al-Daqran memperingatkan bahwa kampanye vaksinasi tidak dapat dilakukan tanpa adanya jeda pertempuran. “Munculnya kembali polio merupakan ancaman baru bagi anak-anak di Jalur Gaza dan negara-negara tetangga,” kata WHO pada 16 Agustus.

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, hampir setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza berusia di bawah 18 tahun dan sekitar 15 persen di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Selain kebangkitan polio dan ancaman penyakit lainnya, warga Palestina menghadapi krisis kemanusiaan dengan kekurangan makanan, bahan bakar, dan air yang menimbulkan penderitaan setiap hari.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement