Selasa 06 May 2025 14:02 WIB

Studi: Wanita dengan Endometriosis Berisiko Menopause pada Usia 30-an

Gejala endometriosis di antaranya nyeri panggul dan nyeri haid hebat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita mengalami endometriosis (ilustrasi). Wanita yang menderita endometriosis berisiko mengalami menopause lebih awal bahkan sejak usia 30-an.
Foto: www.flickr.com
Wanita mengalami endometriosis (ilustrasi). Wanita yang menderita endometriosis berisiko mengalami menopause lebih awal bahkan sejak usia 30-an.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Perempuan yang menderita endometriosis tak hanya harus menghadapi gejala yang menyakitkan dan pengobatan yang terbatas. Penelitian terbaru dari University of Queensland menunjukkan bahwa mereka juga berisiko mengalami menopause lebih awal bahkan sejak usia 30-an atau sebelum menginjak usia 40 tahun.

Studi ini menemukan perempuan dengan endometriosis tujuh kali lebih berisiko mengalami menopause akibat operasi yakni pengangkatan kedua indung telur, dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki kondisi ini. Tidak hanya itu, mereka juga dua kali lebih berpeluang menjalani prosedur ini sebelum usia 40 tahun. Selain menopause karena tindakan medis, mereka juga mungkin mengalami menopause alami lebih cepat.

Baca Juga

Penelitian menyebutkan perempuan dengan endometriosis 1,4 kali lebih mungkin memasuki menopause alami sebelum usia 40 tahun, atau yang dikenal sebagai menopause prematur. Risiko lainnya adalah menopause dini, yang terjadi pada usia antara 40 hingga 44 tahun. Namun dampaknya tak hanya sebatas gejala menopause yang menganggu, yang bisa muncul jauh sebelum usia paruh baya. 

Menopause prematur, baik yang disebabkan oleh tindakan medis maupun alami, telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan serius lainnya seperti penyakiy jantung dan kematian dinil. Profesor Gita Mishra, penulis senior studi ini, menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh mengenai menopause dini dan menopause akibat tindakan medis. Ia juga menegaskan bahwa tindakan preventif dan penanganan yang tepat juga penting guna mengurangi risiko kesehatan.

“Pencegahan dan penanganan menopause dini atau menopause akibat medis memerlukan pemahaman menyeluruh mengenai penyebab dasarnya, serta langkah-langkah proaktif untuk mengurangi risiko kesehatan jangka panjang yang terkait,” kata Mishra seperti dilansir laman Express, Senin (5/5/2025).

Sementara itu, dr Hsin-Fang Chun mengatakan perempuan dengan endometriosis perlu menyadari bahwa mereka berisiko lebih tinggi mengalami menopause dini atau akibat tindakan medis. Karena itu, penting untuk rutin memeriksakan diri ke dokter umum guna memantau faktor risiko penyakit kronis dan fokus pada strategi pencegahan.

Endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan lapisan dalam rahim (endometrium) ditemukan pada bagian tubuh lain. Endometrium dapat ditemukan pada banyak tempat seperti ovarium, tuba falopi, dinding luar dari rahim, dalam perut atau sekitar usus, dan juga kandung kemih. Gejala umum kondisi ini adalah nyeri panggul, nyeri haid yang mengganggu aktivitas sehari-hari, haid dengan darah yang sangat banyak, nyeri saat atau setelah berhubungan intim, nyeri saat buang air besar, nyeri saat buang air kecil, sulit hamil (namun 70 persen penderita masih bisa hamil secara alami), serta kelelahan yang sering disertai gejala lain. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement