AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Lonjakan emosi seperti amarah dan iritabilitas yang biasa dialami perempuan menjelang menstruasi ternyata tidak mereda saat mendekati menopause. Sebaliknya, gejala tersebut justru cenderung memburuk pada masa transisi menuju menopause, demikian menurut studi dari University of Washington.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Menopause itu melacak 301 perempuan berusia 35 hingga 53 tahun yang mencatat perubahan emosinya setiap hari. Hasilnya menunjukkan kemarahan dan rasa mudah tersinggung meningkat menjelang menstruasi di semua kelompok usia. Namun, perempuan yang mulai memasuki menopause mengalami gejala tersebut dengan intensitas yang tinggi.
“Perempuan dalam fase awal menopause lebih sering melaporkan rasa tidak terkendali, iritabilitas dan kemarahan dibandingkan mereka yang masih dalam tahap reproduksi aktif,” demikian laporan peneliti seperti dilansir laman Study Finds, Kamis (29/5/2025).
Dalam studi tersebut, peserta dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tahapan reproduksi mereka. Pertama, perempuan dengan siklus haid normal dan belum mengalami perubahan. Kedua, perempuan yang mengalami perubahan ringan dalam siklus haid seperti haid yang lebih berat atau panjang siklus berubah. Ketiga, perempuan yang berada dalam tahap awal menopause dengan siklus mentruasinya mulai tidak teratur.
Para peserta kemudian menilai sepuluh jenis emosi selama satu siklus menstruasi, termasuk kecemasan, kemarahan, permusuhan, ketidaksabaran, dan perasaan kehilangan kendali. Peneliti lalu membandingkan tingkat keparahan gejala tersebut dibandingkan dengan saat prementruasi.
Hasil penelitian menunjukkan pola yang jelas yakni rasa marah dan mudah tersingguh meningkat pada hari-hadi menjelang menstruasi, dan itu berlaku di semua kelompok usia. Namun saat peneliti membandingkan perempuan pada tahap akhir reproduksi dengan mereka yang mulai memasuki menopause, perbedaannya makin signifikan.
Perempuan yang berada dalam transisi menopause mengalami dua emosi ini dengan intensitas lebih tinggi. Mereka melaporkan tingkat iritabilitas, ketidaksabaran, dan perasaan tidak terkendali yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang masih dalam tahap akhir reproduksi. Selama fase pramenstruasi, kelompok ini juga merasakan amarah yang lebih besar dan sensasi emosional yang luar biasa.
Penelitian ini juga menyoroti celah dalam penelitian kesehatan perempuan. Meski depresi saat menopause sudah banyak diteliti, gejala seperti amarah dan iritabilitas yang tak kalah mengganggu justru kerap diabaikan.
"Penelitian tentang gejala amarah di kalangan wanita paruh baya sangat terbatas, kemungkinan karena normal sosial yang melarang perempuan mengekspresikan kemarahan," ujar para peneliti.
Studi ini juga menemukan bahwa bukan hanya sekadar hormon, tetapi juga kecepatan perubahan hormon seperti estrogen, turut memengaruhi tingkat keparahan emosi. Penurunan estrogen yang lambat sebelum menstruasi berkaitan dengan gejala emosional yang lebih berat.