Sabtu 31 May 2025 13:00 WIB

Putus Minum Obat TBC Bisa Picu Kuman Kebal, Ini Penjelasan Dokter

Risiko kesehatan lebih besar jika pasien tak disiplin minum obat.

Red: Friska Yolandha
Tenaga kesehatan memberikan instruksi kepada warga saat pemeriksaan rontgen thorax di GOR Otista, Jatinegara, Jakarta, Kamis (9/2/2023). Puskesmas Kecamatan Jatinegara mengadakan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan dahak dan tes mantoux, untuk mengurangi penularan penyakit tuberkulosis paru.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Tenaga kesehatan memberikan instruksi kepada warga saat pemeriksaan rontgen thorax di GOR Otista, Jatinegara, Jakarta, Kamis (9/2/2023). Puskesmas Kecamatan Jatinegara mengadakan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan dahak dan tes mantoux, untuk mengurangi penularan penyakit tuberkulosis paru.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Nastiti Kaswandani mengingatkan bahwa putus pengobatan tuberkulosis (TBC) dapat membahayakan pasien. Pasalnya, hal tersebut bukan hanya mengakibatkan tidak sembuh, tetapi juga membuat kuman menjadi kebal terhadap obat.

"Itu ada bahayanya, bukan hanya tidak sembuh, tetapi si kuman yang sedang diobati itu menjadi kebal obat," ujar Nastiti di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).

Baca Juga

Dalam kondisi yang dikenal sebagai Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), obat anti-tuberkulosis (OAT) yang diberikan pertama kali tidak lagi dapat membunuh kuman Mycobacterium tuberculosis di tubuh pasien. Pasien TB RO harus meminum lebih banyak obat setiap hari dan menjalani pengobatan yang lebih lama, sesuai rekomendasi tim ahli klinis.

Pengobatan TB RO memakan waktu sembilan hingga 24 bulan dan memerlukan tindak lanjut ketat dari tenaga medis untuk menilai perkembangan pasien. Lebih dari itu, pasien TB RO dapat menularkan kuman kebal obat kepada orang lain, sehingga menyulitkan upaya penanggulangan TBC.

Untuk mencegah terjadinya TB RO, pasien TBC harus meminum obat secara teratur hingga tuntas sesuai standar pengobatan. "Putus obat biasanya terjadi pada pasien yang lupa minum obat beberapa hari berturut-turut atau sering memuntahkan obat yang diminum," jelas Nastiti.

Ia menambahkan, pasien yang demikian disarankan untuk menjalani pemeriksaan guna memastikan apakah sudah mengalami resistensi obat dan perlu memulai ulang pengobatan. Namun, kata Nastiti, tidak berarti jika pasien sudah minum obat teratur empat bulan lalu suatu hari lupa minum obat, pengobatan harus diulang dari awal.

"Dokter akan memperhitungkan berapa persen obat yang sudah diminum, berapa yang terlewat. Kalau yang terlewat sedikit, obat bisa tetap dilanjutkan," paparnya.

Lebih lanjut, Nastiti mengatakan bahwa pengobatan TBC dapat menimbulkan efek samping pada hati, terutama pada anak dan dewasa. Efek kuning, kata dia, muncul karena hati sedang beradaptasi dengan obat-obatan yang dikonsumsi. "Dalam kondisi itu, dokter biasanya menyarankan pasien menghentikan obat sementara sampai gejalanya mereda, lalu melanjutkan lagi," jelasnya.

Nastiti menegaskan, dokter umumnya akan melakukan pemantauan intensif selama dua bulan awal pengobatan TBC. Biasanya, orang yang menjalani pengobatan TBC akan menunjukkan perbaikan klinis seperti penurunan demam dan kenaikan berat badan.

"Pada anak, ketika sudah menyelesaikan pengobatan dengan obat anti-tuberkulosis secara penuh, sudah sembuh total dan tidak akan berefek jangka panjang lagi," tutup Nastiti Kaswandani.

sumber : ANTARA
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement