AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Komplikasi dari penyakit cacar api atau herpes zoster tidak bisa dianggap sepele. Dalam sejumlah kasus, infeksi ini dapat menimbulkan efek jangka panjang, mulai dari nyeri berkepanjangan, kerusakan mata hingga risiko kelumpuhan wajah dan stroke.
Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Frieda, mengungkapkan bahwa komplikasi paling umum dari cacar api adalah neuralgia pascaherpetik (postherpetic neuralgia/PHN). Neuralgia pascaherpetik merupakan kondisi nyeri yang terus bertahan meskipun ruam dari cacar api sudah hilang.
"Rasa nyeri ini bisa tajam, menusuk-nusuk, dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun," kata dia dalam webinar Halodoc, Selasa (17/6/2025).
Prevalensi komplikasi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasarkan data yang dijelaskan dr Frieda, risiko PHN mulai meningkat pada kelompok usia 50-60 tahun, dan mencapai puncaknya pada kelompok usia 80 hingga 84 tahun.
Selain nyeri kronis, komplikasi kulit lainnya juga dapat terjadi. Infeksi sekunder akibat bakteri dapat menyebabkan luka menjadi bernanah, meninggalkan jaringan parut, perubahan pigmentasi, hingga keloid. "Pada beberapa pasien, perubahan warna kulit bisa permanen," kata dr Frieda.
Komplikasi serius juga bisa terjadi ketika cacar api menyerang area wajah, khususnya di sekitar mata. Sekitar 10 hingga 25 persen kasus cacar api menyerang area wajah, dikenal sebagai herpes zoster ophthalmicus. Dari jumlah tersebut, 84 persen mengalami keterlibatan mata, dan 1 dari 10 pasien mengalami kerusakan penglihatan akibat komplikasi seperti keratitis, iritis, konjungtivitis, hingga oteitis.
Tak berhenti di situ, cacar api juga dapat merusak pembuluh darah dan sistem saraf pusat. Salah satu komplikasi langka tapi berbahaya adalah sindrom Ramsay Hunt, yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada sebagian wajah, gangguan pendengaran, dan gejala menyerupai stroke.
Bahkan, menurut dr Frieda, risiko terjadinya stroke meningkat hingga 34 persen dalam tiga bulan setelah seseorang mengalami cacar api, dibandingkan mereka yang tidak pernah terinfeksi. Hal ini lantaran virus menyerang sistem persarafan, terutama di area wajah dan telinga.
"Jadi karena risiko komplikasi ini, kita harus lebih waspada terhadap gejala awal cacar api dan segera mencari pertolongan medis agar risiko komplikasi dapat ditekan semaksimal mungkin," kata dia.