Rabu 15 Feb 2023 20:14 WIB

Setelah 50 Tahun Berlalu, Uji Forensik Ungkap Pujangga Pablo Neruda Tewas Diracun

Ada jejak racun clostridium botulinum dalam jasad Pablo Neruda.

Red: Reiny Dwinanda
Salinan buku karya pujangga asal Chile Pablo Neruda dipamerkan di La Chascona, salah satu dari tiga rumah milik Neruda, dalam tur kantor berita Spanyol Efe di Santiago, Chile, 20 October 2021. Neruda meninggal dunia pada 23 September 1973. Kini, penyebab kematiannya terungkap bukan akibat kanker prostat melainkan racun clostridium botulinum.
Foto: EPA-EFE/Alberto Valdes
Salinan buku karya pujangga asal Chile Pablo Neruda dipamerkan di La Chascona, salah satu dari tiga rumah milik Neruda, dalam tur kantor berita Spanyol Efe di Santiago, Chile, 20 October 2021. Neruda meninggal dunia pada 23 September 1973. Kini, penyebab kematiannya terungkap bukan akibat kanker prostat melainkan racun clostridium botulinum.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA  -- Penyair terkenal asal Chile dan peraih Nobel Sastra, Pablo Neruda, ternyata meninggal dunia akibat racun yang amat mematikan. Dalam pernyataan resmi penyebab kematiannya 50 tahun lalu, ia dinyatakan tutup usia akibat kanker prostat.

Kesimpulan ini diperoleh dari hasil pemeriksaan forensik terhadap kerangka jenazah Neruda. Ini terjadi setengah abad setelah sastrawan besar yang di antaranya kumpulan puisi terkenal Twenty Poems of Love and A Song of Despair itu meninggal dunia.

Baca Juga

Versi resmi penyebab kematian Neruda menyebutkan pujangga besar tersebut meninggal dunia pada 23 September 1973 akibat kanker prostat dan malanutrisi. Neruda meninggal dunia 12 hari setelah kudeta yang dipimpin Jenderal Augusto Pinochet menggulingkan Presiden Salvador Allende yang merupakan sahabat Neruda.

Menurut laman surat kabar Inggris, The Guardian, kerabat-kerabat dekatnya, termasuk keponakan Neruda yang bernama Rodolfo Reyes, tak mempercayai versi resmi itu. Reyes sejak lama yakin pamannya dibunuh karena menentang kudeta Augusto Pinochet.

Pada 2013, seorang jaksa Chle memerintahkan makam Neruda dibongkar untuk memeriksa kerangka jenazah sang sastrawan. Perintah jaksa ini dikeluarkan setelah mantan sopir pribadi Neruda, Manuel Araya, mengaku ditelepon sang sastrawan saat dirawat di sebuah rumah sakit di Santiago pada 23 September 1973.

Kepada Araya, Neruda mengaku disuntik sesuatu pada bagian perutnya selagi tertidur. Beberapa jam kemudian Neruda meninggal dunia.

Jaksa itu lalu mengambil sampel dari kerangka jenazah Neruda untuk diperiksa di sejumlah laboratorium forensik di empat negara. Pada 2015, pemerintah Chile menyatakan kemungkinan besar ada pihak ketiga di balik kematian Neruda.

Dua tahun kemudian pada 2017, sebuah tim yang terdiri dari ilmuwan-ilmuwan internasional yakin Neruda mati bukan karena kanker prostat. Pada Senin pekan ini (13/2/2023), Reyes mengungkapkan hasil tes menunjukkan ada jejak racun clostridium botulinum dalam tubuh pamannya yang membuat Reyes yakin sang penyair diracun setelah kudeta 1973.

Menurut The Guardian, hasil analisis pakar-pakar forensik ini baru dipublikasikan Rabu (15/2/2023) ini.

"Sekarang kita semua tahu bahwa mengapa sampai ada clostridium botulinum dalam tulangnya," kata Reyes kepada kantor berita Efe.

"Itu apa artinya? Artinya, Neruda dibunuh karena campur tangan agen-agen negara pada 1973."

Presiden Allende bunuh diri begitu tentara pimpinan Pinochet menyerbu istana kepresidenan. Neruda yang terguncang mendapatkan kabar ini lalu memutuskan kabur mengungsi ke Meksiko.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement