Senin 20 Feb 2023 15:09 WIB

Risiko Stunting Meningkat Pada Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah

Indonesia menempati peringkat lima angka kelahiran prematur dan BBLR.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas menimbang berat badan bayi di Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang, Banten, Rabu (13/5/2020). Bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko mengalami stunting.
Foto:

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo, Lies Dina Liastuti, menjelaskan, prematur artinya lahir belum cukup bulan. Konsekuensinya, bayi lahir dalam kondisi belum lengkap semua pertumbuhannya, mulai dari pembentukan otak, jantung, dan organ lainnya yang masih belum sempurna.

Lahir karena ketidaksempurnaan itu, proses bayi mengolah bahan makanan dan penyerapan makanan menjadi kurang bagus. Daya tahan tubuhnya juga jelek sehingga gampang sakit, terkena infeksi. Kedua faktor ini akhirnya membuat anak gagal tumbuh.

"Karena tubuhnya harus melawan penyakit terus, tidak bisa tumbuh, harusnya anak kecil diberikan makanan untuk tumbuh jadi besar tapi dipakai untuk melawan penyakit, habis energinya," dr Lies.

Oleh karena itu, menurut dr Lies, asupan nutrisi sejak masa janin hingga awal kelahirannya terjamin. Ia pun menyemangati agar para ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya.

"Bagaimana ASI-nya, kalau tidak ada, bagaimana memberikan sesuatu yang bagus."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement