AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Film maupun serial horor yang memiliki kisah menyeramkan seperti Scream 6, "The Last of Us", dan M3gan merajai dunia hiburan pada awal tahun ini. Hal itu membuktikan bahwa genre horor dan thriller memiliki penonton setia, bahkan cenderung semakin diminati.
Adanya tampilan berdarah-darah dan sensasi psikologis membuat genre horor selalu menjadi pengalaman menonton yang paling menakutkan. Tetapi, mengapa banyak yang menyukai film horor?
Kritikus seni dan dosen senior dalam Studi Bahasa Inggris dan Budaya di University of Canterbury, Erin Harrington, mencoba mengungkap di balik fenomena tersebut. Dia telah mengerjakan banyak makalah penelitian yang membedah genre tersebut.
Harrington menyebut, salah satu daya tarik utama film horor adalah "teror rekreasi". Sensasi itu menggambarkan campuran emosi kesenangan dan ketakutan yang dialami saat menonton film horor.
“Anda menonton hal-hal yang mungkin menimbulkan kecemasan, atau ketakutan, tetapi Anda menontonnya di tempat yang benar-benar aman, dan Anda tahu filmnya akan berakhir,” kata Harrington dikutip dari laman iStuff, Kamis (9/3/2023).
Memang, belum tentu semua orang akan baik-baik saja, tetapi ini seperti pengalaman yang terbatas dan tertutup. Perasaan takut saat menonton, benar-benar berbeda dengan berjalan pulang dalam kegelapan atau akan menabrakkan mobil. Itu adalah bentuk kegembiraan dan rangsangan.
Film horor biasanya dikaitkan dengan candu adrenalin. Harrington mengatakan, tidak perlu tipe kepribadian tertentu untuk menikmati horor karena sebagian besar tergantung pada toleransi seseorang.
Film-film jagal (slasher) yang merupakan subgenre horor dengan fokus pada seorang pembunuh terhadap sekelompok orang, memiliki pengikut yang unik. Banyak orang menyukai film-film seperti Halloween yang dirilis pada 1978 atau penampilan pertama Scream di layar lebar pada 1996, hingga angsuran keenam yang sekarang dirilis.
Pada intinya, setiap penonton memang punya preferensi masing-masing. Namun untuk horor, terkadang bukan hanya dianggap sebagai film, tetapi tentang bagaimana dapat membentuk komunitas, kesenangan yang sama, dan sebagainya.
“Dengan film Scream misalnya, selalu ada keceriaan tentang genre ini dan tentang peran kita sendiri sebagai orang yang menonton film,” kata dia.
Inilah yang terjadi pada semua jenis subgenre. Semua tentang bagaimana penonton mengakui peran, kemudian melakukan sesuatu yang baru dan menarik terkait apa yang ditonton.