Penyebab insomnia bisa bermula dari hal kecil seperti bermain gawai sebelum tidur. Kalau itu penyebabnya, insomnia bisa diatasi tanpa obat.
Memang dengan obat akan cepat mengatasi sulit tidur, tapi itu hanya manfaat jangka pendek. Risikonya, minum obat tidur justru bisa membuat seseorang kebal.
"Terapi tanpa obat itu butuh waktu lebih panjang karena harus melatih apa yang harus dilakukan, tapi keuntungannya jangka panjang. Seumur hidup. Kalau suatu saat muncul kembali tidak bisa tidur, bisa dengan cara-cara terapi perilaku," papar Rimawati.
Orang dengan insomnia dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menjalankan tata laksana yang tepat. Entah butuh penanganan jangka pendek dengan obat tetapi dengan dosis rendah dan ada batasan waktu, atau butuh penanganan jangka panjang.
Diagnosis dari dokter juga dapat diukur dari tiga faktor, yakni predisposisi, presipitasi, atau perpetuasi. Predisposisi ini seperti usia, jenis kelamin, genetik, dan lainnya. Presipitasi seperti stres akut, kejadian traumatis, dan lainnya. Sedangkan perpetuasi seperti kebiasaan atau penyebab munculnya insomnia.
"Dokter akan melihat tiga kunci, apakah ada gangguan tidur yang persisten, apakah kesempatan tidur sudah cukup, dan apakah ada disfungsi pada siang hari," jelas dokter spesialis saraf Desak Ketut Indrasari Utami dalam kesempatan yang sama.