AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Serangan jantung mendadak pada orang usia di bawah 45 tahun semakin banyak terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini menimbulkan pertanyaan baru, apakah karena dampak dari Covid-19 atau ada faktor lain yang harus disalahkan?
Ahli bedah jantung sekaligus ketua Asian Heart Institute, dr Ramakanta Panda, mengatakan tingginya kasus serangan jantung di kalangan muda sangat mengkhawatirkan karena dua alasan. Pertama, pasien muda dengan penyakit jantung memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dari serangan jantung.
Kedua, ini merupakan peringatan bahwa kesehatan jantung harus menjadi prioritas bagi semua orang, berapapun usianya. Penyakit jantung bisa menyerang kapan saja, terutama dengan gaya hidup penuh tekanan yang kita jalani dan prevalensi penyakit gaya hidup seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi.
Dia mengatakan, sudah saatnya orang-orang mengubah pola pikir, menjaga kesehatan jantung, dengan melakukan tindakan pencegahan alih-alih menjalani gaya hidup yang tidak sehat yang menyebabkan penyakit jantung dini. "Mari jadikan kesehatan jantung sebagai prioritas sejak usia muda sehingga kita dapat menghindari komplikasi di kemudian hari dan menjalani hidup yang lebih sehat,” kata dr Panda seperti dilansir laman Times of India, Selasa (18/4/2023).
Dia mengatakan, gaya hidup yang buruk memengaruhi kesehatan jantung termasuk tidur larut malam, kurang tidur, pesta minuman keras, polusi lingkungan, serta kecenderungan genetik. Hal ini menyebabkan banyak orang muda mengembangkan diabetes dan hipertensi yang tidak terdiagnosis, yang secara diam-diam meningkatkan risiko penyakit jantung tanpa mereka sadari. Ini adalah bahaya laten yang sering kali tidak disadari hingga semuanya terlambat.
Penting untuk diperhatikan bahwa meskipun tidak memiliki gejala apapun, Anda mungkin masih memiliki kondisi jantung yang mendasarinya. Oleh karena itu, tes skrining jantung secara teratur sangat dianjurkan, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau faktor risiko lain seperti yang telah disebutkan.
“Tes-tes ini dapat membantu mengidentifikasi masalah apapun sejak dini, sehingga memungkinkan penanganan yang tepat sebelum terjadi kerusakan signifikan pada jantung,” kata dr Panda.
Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan peluang seseorang terkena penyakit jantung. Ini termasuk menderita diabetes, tekanan darah tinggi, menggunakan produk tembakau, kadar kolesterol tinggi, gaya hidup yang tidak aktif, memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, pola makan yang buruk, dan stres. Sangat penting untuk menyadari faktor-faktor risiko ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit jantung.
Ada juga beberapa gejala-gejala yang harus diwaspadai, karena bisa merupakan tanda peringatan adanya potensi masalah jantung. Berikut uraiannya menurut dr Panda:
1. Nyeri dada, sesak, tertekan, atau tidak nyaman (angina)
Jika Anda merasakan ketidaknyamanan atau nyeri pada dada saat beraktivitas, baik ringan maupun berat, sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter.
2. Sesak napas
Jika Anda merasa kesulitan mengatur napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik atau bahkan saat beristirahat, hal ini dapat menjadi tanda masalah jantung dan tidak boleh diabaikan.
3. Nyeri pada leher, rahang, tenggorokan, perut bagian atas, atau punggung
Rasa sakit atau ketidaknyamanan yang tidak dapat dijelaskan pada area-area ini, terutama jika disertai dengan gejala-gejala lain, dapat menjadi indikasi adanya masalah jantung dan harus dievaluasi oleh dokter.
4. Nyeri atau mati rasa pada lengan saat mengalami stres fisik atau mental
Jika Anda mengalami rasa sakit yang tidak biasa, ketidaknyamanan, atau mati rasa pada lengan Anda, terutama pada saat stres fisik atau mental, sangat penting untuk memeriksakannya karena ini bisa jadi merupakan tanda masalah yang berhubungan dengan jantung.
Lantas bagaimana hubungan penyakit jantung dan Covid-19? Menurut dr Panda, Covid-19 meninggalkan jejak pada jantung dan menyebabkan berbagai masalah. Pertama-tama, selama fase akut Covid-19, peradangan yang disebabkan oleh virus dapat membuat darah lebih rentan terhadap pembekuan, menciptakan hambatan dalam aliran darah jantung dan berpotensi menyebabkan serangan jantung serta menyebabkan miokarditis.