AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum. Bakteri itu bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit atau selaput lendir di berbagai bagian tubuh, termasuk vagina, penis, anus, rektum, bibir, dan mulut.
Kondisi ini cukup mencemaskan di Indonesia. Juru bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia belum lama ini menyampaikan bahwa jumlah pengidap sifilis di Indonesia naik hampir 70 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022). Kabar baiknya, dengan deteksi dan pengobatan dini, sifilis dapat disembuhkan.
Komplikasi pun dapat dicegah. Sifilis bisa memiliki berbagai gejala tergantung pada stadium infeksi. Bahkan, beberapa orang tidak memiliki gejala sama sekali.
Karena sifilis sangat menular pada tahap awal infeksi, penyakit ini mudah menyebar melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi. Ini paling sering terjadi selama aktivitas seksual, termasuk seks vaginal, anal, dan oral. Sifilis juga dapat menyebar dari ibu ke anak selama kehamilan atau persalinan.
Dikutip dari laman HealthNews, Rabu (10/5/2023), gejala sifilis termasuk luka pada alat kelamin, ruam pada tubuh, dan masalah kesehatan lain. Tanpa pengobatan, bahkan jika gejalanya hilang, infeksi berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Ada empat tahap infeksi sifilis terdiri dari fase primer, sekunder, laten, dan tersier. Selama tahap primer, muncul gejala awal berupa luka yang disebut chancre. Biasanya berupa luka tunggal, tidak nyeri, kecil, menonjol, keras, dan terbuka, di tempat masuknya bakteri. Chancre dapat bertahan tiga sampai enam pekan.
Berlanjut ke tahap sifilis sekunder, yaitu munculnya ruam setelah chancre menghilang. Ruam dapat muncul di mana saja di tubuh tetapi paling sering menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Gejala lain mungkin termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, pertumbuhan seperti kutil, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan nyeri otot dan persendian.
Pada tahap sifilis laten, sama sekali tidak ada gejala yang muncul, tetapi bakteri penyebab sifilis tetap ada di dalam tubuh. Tahap ini dapat berlangsung bertahun-tahun, dimulai dengan fase laten awal (tahun pertama setelah infeksi) dan fase laten akhir (lebih dari setahun setelah infeksi). Infeksi hanya bisa terdeteksi melalui tes darah.
Terakhir adalah sifilis tersier, yang dapat terjadi bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun setelah infeksi awal. Pada fase ini, dapat terjadi masalah kesehatan yang serius seperti gangguan otak, jantung, saraf, mata, tulang, dan organ lainnya, dari rentang ringan hingga parah.
Mengingat sifilis adalah infeksi bakteri, maka penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik. Namun, lamanya pengobatan tergantung pada stadium dan tingkat keparahan infeksi, selain kondisi kesehatan keseluruhan seseorang.
Ketika terdeteksi pada tahap awal, sifilis dapat diobati dan disembuhkan dengan satu suntikan penisilin. Namun, jika infeksi telah berkembang ke tahap selanjutnya, pengobatan mungkin memerlukan beberapa dosis penisilin.
Selama perawatan, penting bagi pasien untuk menyelesaikan seluruh rangkaian antibiotik yang diresepkan. Hindari kontak seksual untuk mencegah penyebaran sifilis ke orang lain. Beri tahu pasangan seksual sehingga dia pun dapat menjalani tes dan diobati.
Terkait pencegahan, setiap orang disarankan melakukan hubungan seksual yang aman. Cara pencegahan lain yaitu melakukan tes IMS secara teratur. Seseorang juga dianjurkan mendiskusikan riwayat seksual dengan pasangan dan menjalani tes IMS sebelum melakukan aktivitas seksual.
Bagi ibu hamil, mekakukan tes sifilis dapat membantu melindungi diri dan bayi dari masalah kesehatan serius. Apabila hasil tesnya positif, penyedia layanan kesehatan dapat memberikan pengobatan yang aman dan efektif untuk mencegah sifilis menular ke bayi.