AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Penutupan beberapa toko buku fisik dinilai akan memberi dampak terhadap literasi masyarakat, terutama anak-anak. Penutupan toko buku mengurangi kemudahan untuk mendapatkan akses buku.
“Menurut saya, hubungannya tidak secara langsung, tapi akan mempengaruhi kemudahan orang mendapatkan buku itu tentu akan mempengaruhi semakin minim akses ke buku,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Pameran dan Minat Baca IKAPI, Wahyu Rinanto kepada Republika, Senin (22/5/2023).
Dengan minimnya kemampuan literasi, Wahyu mengatakan seseorang akan memiliki “referensi” yang semakin sedikit dalam melakukan sesuatu. Padahal, orang yang memiliki literasi itu akan lebih berdaya dibandingkan dengan seseorang yang tidak cakap literasi.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, Wahyu mengatakan anak yang gemar membaca memiliki karakter yang lebih terbuka dan punya banyak inspirasi. Anak juga akan memiliki pola pikir yang lebih baik. Anak yang gemar membaca dari kecil memiliki kecerdasan referensi yang berbeda daripada anak sebayanya yang kurang gemar membaca.
Wahyu mengatakan beberapa kegiatan-kegiatan yang bisa mendorong anak gemar membaca adalah dukungan dari lingkungan di sekitarnya. Di sekolah, anak perlu memiliki ruang untuk membaca. Kemudian, orang tua juga bisa memberi contoh kepada anaknya dengan membaca buku, koran, dan lain-lain.
Apakah buku itu masih jadi satu-satunya cara untuk membangun kemampuan literasi anak? Wahyu mengamini anggapan itu. Namun, ada banyak wahana literasi di era digital saat ini.
“Ada digital ada fisik, tapi masih banyak suka pengalaman membaca yang fisik,” ujar Wahyu.