AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Seorang pria yang mengalami kelumpuhan kini mampu menaiki tangga, bergerak di atas permukaan landai, dan beralih dari berdiri ke berjalan berkat pemasangan implan di otak dan sumsum tulang belakangnya. Implan itu dihubungkan dengan perangkat eksternal untuk menerjemahkan pemikiran ke dalam gerakan.
Percobaan ini merupakan bagian dari studi pembuktian konsep yang diterbitkan pada hari Rabu di jurnal Nature. Pasien berusia 40 tahun bernama Gert-Jan Oskam itu mengalami cedera tulang belakang akibat kecelakaan sepeda motor 12 tahun yang lalu.
"Ketika kami bertemu dengannya, dia lumpuh total, tidak dapat melangkah sendiri tanpa bantuan," kata Gregoire Courtine, penulis studi tersebut dan seorang ahli saraf di EPFL, sebuah universitas riset di Swiss.
Pada 2017, Oskam menerima implan eksperimental di sumsum tulang belakangnya sebagai bagian dari uji klinis, yang membantunya mendapatkan kembali kemampuannya untuk berjalan. Dengan mengangkat tumitnya sedikit--yang dapat ia lakukan sendiri, Oskam akan memicu arus listrik yang menstimulasi saraf di sumsum tulang belakangnya sehingga ia dapat melangkah.
Namun, langkahnya masih kikuk. Oskam masih tidak bisa melewati rintangan atau berjalan di permukaan yang tidak rata.
"Saya merasa setiap langkah saya sedikit tertekan, seperti harus sesuai dengan ritme, jika tidak, saya tidak akan melangkah dengan baik," kata Oskam dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir NBC News, Kamis (25/5/2023).
Setelah dua tahun menjalani stimulasi saraf listrik ini, pemulihan Oskam mengalami kemunduran. Jadi dia bergabung dengan studi pembuktian konsep pada tahun 2021. Sistem ini berbeda dari teknologi yang ada saat ini dalam hal kemampuannya menerjemahkan sinyal otak menjadi gerakan.
Ketika Oskam berpikir untuk menggerakkan kakinya, implan di otaknya mengirimkan sinyal ke komputer eksternal yang dikenakan Oskam sebagai ransel. Komputer kemudian memproses dan meneruskan sinyal tersebut ke alat pacu jantung di perut Oskam, yang pada gilirannya mengirimkan elektronik pulse ke implan yang lebih tua yang sudah ada di sumsum tulang belakangnya.
Hal itu mendorong kaki Oskam untuk bergerak. Sebuah helm dengan dua antena membantu implan tetap terhubung ke komputer.
Teknologi lama yang menggunakan stimulasi saraf listrik, meski sudah dipelajari lebih lanjut, mengandalkan gerakan kecil dari pasien atau klik tombol untuk membantu pasien berjalan. Henri Lorach, ilmuwan EPFL lainnya yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada wartawan bahwa dengan menggunakan sistem baru ini, Oskam dapat berjalan secara alami setelah beberapa menit latihan.
Oskam juga mendapatkan kontrol yang lebih besar atas gerakan kakinya. Ia bahkan mampu menavigasi medan yang lebih sulit, seperti jalan berkerikil.
"Sebelumnya, stimulasi yang mengendalikan saya, dan sekarang saya yang mengendalikan stimulasi," kata Oskam.
Sekarang, Oskam bisa berjalan 100 hingga 200 meter per hari. Dia juga dapat berdiri tanpa penyangga selama sekitar dua atau tiga menit.
"Pekan lalu, ada sesuatu yang perlu dicat dan tidak ada yang membantu saya, jadi saya membawa alat bantu jalan dan catnya dan saya melakukannya sendiri sambil berdiri," kata Oskam.
Sementara itu, Peter Grahn, seorang insinyur di departemen bedah saraf Mayo Clinic yang tidak terlibat dalam penelitian, menilai bahwa teknologi ini memiliki beberapa keunggulan. Misalnya, tidak terlalu merepotkan daripada perangkat exoskeleton, yang mendukung berjalan dengan menggunakan kerangka logam yang besar.
"Banyak perangkat yang telah menunjukkan perbaikan pada orang dengan cedera tulang belakang, tapi kemudian orang pulang ke rumah dan perangkat itu disimpan di lemari mereka," kata Grahn.