Rabu 31 May 2023 08:30 WIB

Bukan Hanya Merokok, Polusi Udara Juga Jadi Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Pajanan polusi udara dalam jangka panjang bisa picu penyakit paru obstruktif kronis.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Warga mengenakan masker dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat berselimut kabut asap di Jakarta, Kamis (25/8/2022). Penyakit paru obstruktif kronis dapat menyerang akibat pajanan polusi udara selama bertahun-tahun.
Foto:

Gejala PPOK yang paling umum batuk, sesak napas, produksi dahak, dan mengi. Gejalanya bisa semakin memburuk atau progesif secara perlahan.

Ada suatu masa ketika pasien PPOK mengalami eksaserbasi, seperti serangan. Ketika itu terjadi, akan penambahan gejala seperti sesak, peningkatan produksi dahak serta laju napas, dan nadi menjadi lebih cepat.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen. Sementara itu, data dari Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK PDPI Edisi 2016 menyebutkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia mencapai 5,6 persen atau sekitar 8,5 juta jiwa.

Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (GOLD) 2023 memperkirakan angka prevalensi PPOK hingga 2060 akan terus meningkat karena peningkatan jumlah orang yang merokok.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement