Ahad 29 Jun 2025 15:05 WIB

Begini Cara Mengajarkan Anak Batasan Tubuh Pribadi, Ortu Wajib Tahu!

pada usia 2-3 tahun, anak sudah mulai mengenal konsep diri dan tubuh.

Red: Qommarria Rostanti
Kekerasan terhadap anak (ilustrasi). Sangat penting mengajarkan anak tentang batasan tubuh pribadi.
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Kekerasan terhadap anak (ilustrasi). Sangat penting mengajarkan anak tentang batasan tubuh pribadi.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Maraknya kasus kekerasan seksual pada anak membuat orang tua khawatir dan lebih waspada. Terlebih, pelaku sering kali datang dari orang terdekat atau seseorang yang mestinya menjadi tempat berlindung anak.

Untuk itu, sangat penting mengajarkan anak tentang batasan tubuh pribadi. Dengan begitu, anak tidak akan mudah membiarkan orang lain menyentuh area privat tubuhnya.

Baca Juga

Psikolog anak Luthfiasari Sekar Fatimah membagikan tips mengajarkan anak mengenal batasan tubuh dan usia ideal untuk mengajarkannya. Konselor TK dan SD Cikal Serpong ini menekankan bahwa mengajarkan batasan tubuh adalah langkah krusial untuk melindungi anak dari potensi kekerasan.

Sering kali topik batasan tubuh anak dianggap tabu oleh sebagian orang tua. Namun, Luthfi menyampaikan bahwa terdapat usia ideal untuk mengajarkan hal tersebut pada anak.

“Orang tua tidak perlu khawatir soal topik ini. Sebab, pada usia 2-3 tahun, anak sudah mulai mengenal konsep diri dan tubuh, dan di usia ini orang tua dapat mulai mengenalkan batasan tubuh sedini mungkin,” kata Luthfi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, dikutip pada Ahad (29/6/2025).

Pada usia ini, anak mulai memahami keberadaan tubuhnya sebagai entitas terpisah, sehingga memudahkan mereka untuk menyerap informasi tentang kepemilikan tubuh dan batasan yang melekat padanya. Mengajarkan sejak dini akan membantu menanamkan pemahaman yang kuat dan alami, sehingga anak akan tumbuh dengan kesadaran penuh terhadap hak atas tubuhnya sendiri.

4 cara mengajarkan anak batasan tubuh

Luthfi membagikan empat cara mengajarkan anak sejak dini mengenai batasan tubuhnya yang tidak boleh disentuh, sebagai berikut:

1 Kenalkan batasan tubuh dengan cerita

Anak usia dini kerap mengerti dengan istilah sederhana dan konkret. Daripada menggunakan istilah privasi tubuh yang mungkin terlalu abstrak, orang tua lebih baik menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti atau media konkret yang dapat mereka visualisasikan.

“Dari segi topik, bisa dimulai dengan hal yang sederhana misalnya mengenalkan anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh. Anak juga dapat diajarkan melalui proses modeling lewat buku cerita yang mengedukasi tentang sentuhan boleh dan tidak boleh. Setelah itu, anak dapat belajar lewat sesi role play jika berada di situasi tersebut,” kata Luthfi.

Metode bercerita dan bermain peran memungkinkan anak untuk memahami konsep ini dalam konteks yang aman dan menyenangkan, sehingga informasi lebih mudah diserap dan diingat. Mereka dapat berlatih respons yang tepat jika menghadapi situasi yang tidak nyaman.

2. Gunakan kosakata netral dan sesuai

Pemilihan kata merupakan aspek penting dalam mengajarkan batasan tubuh pada anak. Sebab, kata membentuk cara pandang mereka terhadap tubuh itu sendiri. Orang tua dapat mulai menggunakan istilah yang benar tanpa harus disamarkan ke bahasa lain yang justru dapat membingungkan anak atau membuat topik ini terkesan tabu.

“Kita dapat menggunakan istilah yang tepat dan netral, seperti penis atau vagina, tanpa memberikan judgement atau kesan pada anggota tubuh tersebut apalagi sebagai sesuatu yang memalukan atau kotor. Kita juga bisa mengenalkan unsur privasi secara umum tidak hanya terbatas pada anggota tubuh tertentu saja,” kata Luthfi. Penggunaan kosakata yang benar dan netral akan membantu anak memandang tubuhnya secara positif dan alami, tanpa rasa malu atau stigma yang tidak perlu.

3. Ajarkan prinsip dasar dalam memahami tubuhnya sendiri

Dalam memperkenalkan batasan tubuh pribadi anak, orang tua perlu mengajarkan anak prinsip memahami tubuhnya sendiri. Hal ini penting untuk menanamkan pada anak bahwa tidak semua orang boleh menyentuhnya, dan mereka memiliki hak penuh atas tubuh mereka sendiri.

“Orang tua dapat memberi tahu anak beberapa prinsip berikut: tubuh mereka milik mereka sendiri atau mengenalkan konsep privasi, tidak semua orang boleh menyentuh mereka, dan mereka boleh berkata ‘tidak’ jika ada seseorang yang menyentuhnya dan melaporkan ke orang dewasa lain yang ia percaya,” kata Luthfi.

Mengajarkan prinsip-prinsip ini akan memberdayakan anak untuk mengenali dan menegaskan hak-hak mereka, serta memiliki keberanian untuk menolak sentuhan yang tidak diinginkan dan mencari bantuan dari orang dewasa yang dipercayai.

4. Jelaskan perbedaan sentuhan aman dan tidak nyaman

Menurut Luthfi, penting bagi anak untuk mengetahui bahwa tidak semua sentuhan itu sama. Anak memiliki hak untuk merasa aman dengan tubuhnya sendiri. Membedakan antara sentuhan yang baik dan tidak baik akan membantu anak mengidentifikasi situasi yang berpotensi membahayakan.

“Anak dapat dijelaskan bahwa sentuhan yang baik adalah yang membuatnya merasa nyaman dan terbantu seperti pelukan ibu atau sentuhan yang ditujukan untuk membantu mereka. Sementara sentuhan buruk membuat mereka merasa tidak nyaman, bingung, dan ingin menjauh,” ujarnya.

Pemahaman ini akan menjadi panduan penting bagi anak dalam berinteraksi dengan orang lain, memungkinkan mereka untuk mengenali dan menghindari sentuhan yang membuat mereka merasa tidak aman atau tidak nyaman. Hal ini juga membangun kepercayaan diri anak untuk menyampaikan perasaan mereka kepada orang tua atau orang dewasa terdekat. Dengan menerapkan keempat tips ini, orang tua diharapkan dapat membekali anak dengan pemahaman yang kuat tentang batasan tubuh, yang merupakan fondasi penting untuk keamanan dan kesejahteraan mereka di masa depan.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement