AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Munculnya poster tentang tuyul di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, mencerminkan bahwa masih banyak masyarakat percaya pada hal-hal klenik. Menurut dosen Sejarah dan Kebudayaan Jawa, Universitas Indonesia (UI) Prapto Yuwono, dalam konteks kehidupan sosial masyarakat, ada orang-orang yang berpikir rasional dan terdapat pula yang irasional.
“Ada yang sampai berpikir dan percaya itu irasional. Kalau yang rasional, tidak berpikir hanya percaya saja, meskipun gak pernah lihat,” kata Prapto saat dihubungi, Senin (5/6/2023).
Bagi orang rasional, biasanya mereka mengambil satu sikap percaya saja. Jadi ada perbedaan antara orang yang percaya terhadap cerita apa pun, termasuk tuyul, hantu atau makhluk lain, dengan yang sampai memikirkannya.
Bicara tentang masyarakat tradisional, mereka yang irasional umumnya percaya dengan hal-hal yang ada kaitannya dengan makhluk gaib, bahkan ada interaksi, atau menghubungi sendiri. Tetapi bagi yang percaya saja, mereka merasa tidak perlu melihat sendiri.
“Banyak sekali yang percaya pada tuyul, wewe, hantu. Nah ada yang merasa tidak ada batas antara manusia dan mereka, bisa hidup berdampingan, saling membantu, memengaruhi, baik konteks negatif atau positif,” kata Prapto.
Bahkan segelintir orang meminta bantuan bukan hanya terhadap tuyul (untuk mengambilkan uang), tetapi juga kepada makhluk pesugihan lain. Itu merupakan tradisi lama yang berlangsung dan masih dipercaya sampai saat ini.
Prapto mengatakan, hingga kini masyarakat masih banyak yang percaya hal tersebut kendati sudah hidup pada era modern. Bahkan tidak sedikit yang mencari pesugihan termasuk tuyul. Hal ini karena kenyataan dalam kehidupan dianggap sudah sulit.
Adanya kondisi yang semakin chaos juga dikarenakan pemerintah sudah tidak bisa menjamin kehidupan layak dan sejahtera. “Hidup tambah susah gak menentu maka mereka lari ke dunia itu, cari alternatif pesugihan sehingga ada jargon muncul, artinya nyindir, berarti kehidupan sosial kita chaos ga bisa menjamin masyarakat punya pikiran rasional,” kata dia.