AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pameran multisensori pelukis asal Belanda Vincent Van Gogh resmi dibuka pertama di Indonesia. Van Gogh Alive yang diciptakan dan diproduksi oleh Grande Experiences menawarkan pengalaman unik untuk menikmati mahakarya Vincent.
Pameran ini dibuka untuk umum mulai 7 Juli hingga 9 Oktober 2023. Buka setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB. Tiket tersedia di situs web resmi Van Gogh Alive https://vangogh.co.id/reserve/tiket dan platform tiket lainnya dengan harga Rp 218 ribu per orang pada hari kerja dan Rp 243.200 per orang pada akhir pekan.
Saat memasuki area pameran, pengunjung disambut dengan salah satu karya terkenal Vincent berjudul Almond Blossom (Almond Bermekaran). Karya tersebut dibuat ketika putra pertama adik Vincent, Theo lahir yang memiliki nama Vincent Willem.
Vincent sangat senang mendengar kabar kelahiran keponakannya. Dia merayakannya dengan melukis gaya Jepang. Vincent mengakui karya tersebut merupakan lukisan yang paling sabar dan paling bagus yang pernah dia buat.
“Engkau bakal melihat bahwa lukisan itu barang kali ialah lukisan yang paling sabar dan paling bagus yang pernah kubikin, dilukis dengan tenang dan dengan sentuhan yang paling meyakinkan. Lantas, hari-hari selepas itu, datang dan pergi bagai binatang buas,” kata Vincent dalam buku Van Gogh karya RJM Philpott yang diterjemahkan oleh Tia Setiadi.
Bergerak beberapa langkah dari sana, pengunjung bisa melihat beberapa kutipan terkenal Vincent dan dekorasi ruangan yang ditata seperti kamar Vincent. Menurut keterangan di pameran, lukisan yang berjudul Vincent’s Bedroom in Arles (Tempat Tidur Vincent di Arles) dilukis dari ingatan saat dikurung di rumah sakit jiwa di Saint-Remy.
Setelah puas melihat dekorasi kamar Vincent, pengunjung diarahkan ke lorong yang berisi hamparan bunga matahari. Sorotan lampu yang terselip mempercantik lorong yang bisa menjadi spot Instagramable. Vincent pernah melukis bunga matahari di beberapa karyanya. Salah satu yang terkenal adalah Sunflowers.
Setelah berjalan melewati lorong, pengunjung dapat melihat beberapa keterangan tentang Vincent. Beberapa di antaranya merupakan penjelasan karyanya.
Setelah ini, pengunjung memasuki pameran multisensori yang sesungguhnya. Galeri imersif SENSORY4™ dari Grande Experiences memungkinkan proyeksi gambar yang sangat jernih. Ada lebih dari 3.000 gambar inspiratif yang disuguhkan.
Di sini pengunjung akan tenggelam dalam karya Vincent yang diiringi dengan musik klasik. Karya yang dipamerkan tidak semuanya berupa lukisan, ada juga sketsa-sketsa Vincent yang terkumpul.
Selain pemandangan alam dan barang, Vincent juga dikenal sebagai sosok yang suka melukis portret diri. Semua potret diri memperlihatkan Vincent dengan tampilan yang berbeda. Ada yang menggunakan topi jerami, tanpa janggut, dan tanpa topi.
Salah satu lukisan potret diri yang paling terkenal adalah Self-Portrait with Bandaged Ear (Potret Diri dengan Telinga yang Dibalut). Philpott mengatakan Vincent menyayat cuping telinganya, bukan seluruh telinganya. Setelah itu, dia berjalan ke rumah pelacuran terdekat.
Di sana dia menghadiahkan sayatan cuping telinganya itu kepada seorang pelacur bernama Rachel sambil mengatakan “Jagalah benda ini dengan hati-hati.” Polisi menemukan Vincent dalam keadaan tak sadar di tempat tidur dengan telinga yang tersayat. Segera setelah itu Vincent dibawa ke rumah sakit.
Datang ke pameran Vincent tak lengkap rasanya jika tidak melihat lukisan ikoniknya, The Starry Night (Malam Berbintang). Setelah melukis Café Terrace at Night (Teras Kafe pada Malam Hari), Vincent semakin bermain dalam komposisi warna dan teknik.
Dalam suratnya kepada Theo, Vincent mengatakan, “Langitnya biru, kehijauan, airnya biru anggun, dan dasarnya kuning lembayung. Warna kotanya biru dan lembayung, rerumputannya kuning dengan pantulan-pantulan cokelat muda keemasan hingga merah tua kehijauan. Di atas keluasaan angkasa biru kehijauan, bertaburan gelembung-gelembung sinar agung yang berkilau hijau dan merah muda yang dikontraskan secara amat hati-hati dengan warna keemasan yang tajam dari rerumputan. Sepasang kekasih dilukis di latar depan sebagai fitur alit yang penuh warna.”
Vincent meninggal pada usia 37 tahun pada 29 Juli 1890 di Prancis. Philpott mengatakan di saku baju Vincent, Theo menemukan surat terakhir kakaknya yang ditujukan untuknya. “Tentang karya-karyaku sendiri, aku telah mempertaruhkan hidupku untuk itu, dan akalku separuh runtuh karenanya, tak apalah … tapi apa gunanya?”