AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Salah satu aspek penting bagi perkembangan batik adalah ketika Indonesia telah memiliki sistem penetapan Indikasi Geografis (IG). Ini adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan atau produk yang karena faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan atau produk yang dihasilkan.
Sampai dengan saat ini, sistem penetapan IG tersebut telah berhasil menetapkan empat sertifikat IG batik, yaitu sarung batik Pekalongan, batik nitik Yogyakarta, batik besurek Bengkulu, dan batik tulis complongan Indramayu. Batik tulis complongan Indramayu merupakan salah satu batik yang unik.
Anggota Dewan Pakar Yayasan Batik Indonesia (YBI), Dr Tumbu Astiani Ramelan, menjelaskan complongan itu khas Indramayu. Complongan adalah titik-titik untuk latar batik.
Biasanya, pada batik, titiknya putih ditutup lilin batik (malam). Untuk batik complongan Indramayu ini, di balik titiknya menjadi berwarna atau bisa juga berwarna hitam.
Tumbu menjelaskan kain yang akan di complong dilapis dengan lilin dan malam. Selanjutnya dilubangi dengan alat complongan berupa sikat yang memiliki banyak paku untuk melubangi malam yang tadi sudah diaplikasikan pada kain. Setelah itu baru dicelup dan terjadilah titik-titik berwarna.
"Jadi bedanya dengan titik canting menorehkan malam. Ini seluruhnya sudah ditembok atau dimalam, baru dilubangi dan dicelup," jelasnya dalam konferensi pers Gelar Batik Nusantara 2023 (GBN 2023), di Jakarta, Rabu (26/7/2023).