Ahad 30 Jul 2023 16:39 WIB

Rhabdomyolysis, Pembunuh Senyap yang Mengincar Para Pelari

Rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari dijuluki pembunuh senyap.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Olahraga lari (Ilustrasi). Rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari, dijuluki pembunuh senyap.
Foto:

Contohnya, orang yang bekerja di lingkungan yang panas dan/atau melakukan tugas fisik yang berat. Sebut saja pemadam kebakaran, petugas polisi, para first responder, pekerja pertanian, pekerja konstruksi, pekerja bengkel, dan anggota dinas militer. Olahraga intensitas tinggi juga termasuk pencetus rhabdo.

Karena itu, tidak disarankan langsung masuk ke program latihan olahraga terlalu cepat. Rhabdo bisa terpicu jika otot tidak punya waktu untuk pulih setelah latihan yang intens.

Pemicu rhabdo lainnya termasuk cedera, luka bakar, dehidrasi parah, konsumsi obat-obatan tertentu, gangguan penggunaan zat, tidak aktif bergerak dalam waktu lama, dan kondisi medis tertentu. Beberapa orang tidak menunjukkan gejala saat mengidap rhabdo.

Hanya saja, ada sejumlah tanda umum seperti kram otot, nyeri otot, urine berwarna gelap, dan kelelahan. Gejala dapat muncul kapan saja, sesaat setelah cedera awal atau beberapa hari berikutnya.

"Jika Anda memiliki gejala-gejala ini, jangan diabaikan. Segera cari perawatan medis. Diagnosis lebih awal berarti pengobatan lebih awal dan peluang pemulihan lebih besar tanpa efek kesehatan permanen," kata Roberts.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement