Dokter Tiwi menjelaskan bahwa ASI pada ibu yang baru melahirkan baru akan memproduksi kolostrum. Pemberiannya memang tidak memengaruhi berat badan bayi dalam tiga hari secara signifikan, namun jika ibu terus menyusui maka produksi ASI akan lancar dan bayi akan mencapai berat lahir normal dalam tujuh hari.
"Harus kita bangkitkan dengan cara dia (ibu yang baru melahirkan) tahu persis kenapa dia memilih ASI, apa pentingnya menyusui, intensi keinginan orang menyusui itu harus aktif kita suarakan. Kalau niat menyusui ada, pasti bisa menyusui," kata dr Tiwi.
Terkadang, ketiadaan dukungan dari suami dan keluarga bisa jadi pemicu ibu melahirkan tidak bisa menyusui anaknya yang berujung pemberian susu formula secara dini. Pemberian susu formula, menurut dr Tiwi, diberikan dalam batasan empat hari semenjak anak dilahirkan, dengan pemantauan dan rekomendasi dari dokter anak.
Pada ibu yang bekerja, lanjut dr Tiwi, ketiadaan sarana pendukung untuk menyusui menjadi salah satu alasan ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan menyusui bayinya. Misalnya, tidak ada ruang menyusui atau kesulitan memerah ASI di tengah jam kerja.
Oleh karena itu, dokter yang berpraktik di RSIA Bunda Jakarta itu pun mendorong untuk semua kantor yang memperkerjakan perempuan untuk menyediakan ruangan atau sarana untuk mereka memerah ASI. Ibu juga penting mendapat waktu untuk memerah ASI pada jam tertentu.