AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Di aplikasi Tiktok beredar konten tentang sisi gelap pria superkaya di Dubai. Salah satunya tentang aktivitas porta potty.
Pada porta potty, pria kaya membayar wanita untuk melakukan hal-hal menyimpang yang menjadi fantasi seksualnya, seperti makan tinja hingga bercumbu dengan hewan.
Dari segi kesehatan, apa dampak manusia yang memakan tinja? Memakan tinja dapat menyebabkan pelakunya sedikit keracunan. Secara alami, kotoran mengandung bakteri yang biasa ditemukan di usus.
Dilansir laman Healthline pada Jumat (4/8/2023), meskipun bakteri ini tidak membahayakan saat berada di usus, tapi mereka tidak dimaksudkan untuk tertelan di mulut Anda. Contoh bakteri yang biasa ada di tinja meliputi campylobacter, e coli, salmonella, dan shigella. Bakteri tersebut dapat menyebabkan seseorang mengalami gejala seperti mual, diare, muntah, dan demam.
Parasit dan virus seperti hepatitis A dan hepatitis E juga ditularkan melalui kotoran. Seseorang bisa menjadi sakit jika bersentuhan dengan ini melalui tindakan lain seperti mencium tangan yang tidak dicuci.
Oleh karena itu, jika seseorang makan kotoran dalam jumlah yang lebih besar secara langsung, ia berisiko lebih besar mengalami gejala yang merugikan. Terkadang seseorang mungkin secara tidak sengaja menelan kotoran, termasuk menyantap makanan yang terkontaminasi. Hal ini akan menimbulkan gejala yang mirip dengan keracunan makanan. Minum banyak cairan biasanya dapat membantu mengurangi sebagian besar gejala yang terkait dengan konsumsi kotoran yang tidak disengaja.
Anak-anak terkadang dapat memakan kotorannya sendiri atau kotoran hewan peliharaan, seperti kucing, anjing, atau burung. Jika anak makan kotoran, biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, masih ada beberapa langkah yang harus diambil orang tua:
1. Beri anak air
2. Cuci muka dan tangan mereka
3. Amati mereka untuk gejala yang biasanya mirip dengan keracunan makanan
4. Gejala yang mirip dengan keracunan makanan meliputi diare, demam ringan, mual dan muntah.
Jika gejalanya menetap atau bahkan mulai beberapa pekan kemudian, hubungi dokter anak. Mereka mungkin merekomendasikan mengambil sampel tinja untuk mengidentifikasi keberadaan organisme seperti parasit atau bakteri.
Ini terutama benar jika seorang anak memakan kotoran hewan. Kotoran hewan mungkin memiliki parasit lain, seperti cacing gelang.