Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia yang berbincang dengan Abel khusus untuk program #SheSpeaks yang tayang di Instagram @AmeeraRepublika mengatakan kualitas sumber daya manusia (SDM) penyandang disabilitas semakin membaik. Khususnya generasi Z dan milenial. Dia melihat semangat hidup mereka untuk berkarya sangat tinggi.
“Apalagi sekarang era digitalisasi. Mereka bisa mendapat informasi dan pertemanan sebanyak-banyaknya. Kepercayaan diri mereka juga jauh meningkat,” kata Angkie kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Angkie melihat peningkatan kualitas SDM ini hanya terjadi di provinsi besar dan belum merata sampai kabupaten kecil. Menurut Angkie, penyandang disabilitas yang tinggal di kabupaten kecil masih berada di lingkungan masyarakat yang menganggap kondisi mereka adalah aib.
Untuk mendapat kesempatan bekerja juga masih sangat minim. Oleh karena itu, untuk mematahkan stigma yang melekat pada penyandang disabilitas dibutuhkan edukasi yang merata.
“Untuk mewujudkan literasi disabilitas memang harus dimulai sedini mungkin. Mulai dari lingkungan terdekat, minimal dari keluarga. Kalau sudah memahami inklusivitas disabilitas kita akan lebih menghargai dan empati sehingga tidak terjadi diskriminasi,” ujarnya.
Selain itu, peran pemerintah juga dibutuhkan. Angkie menjelaskan harus ada kebijakan dari pemerintah daerah (Pemda) untuk penyandang disabilitas sehingga kalau sudah ada bisa membuat program yang tepat sasaran.
Tak hanya Pemda, langkah ini juga harus berjalan secara dua arah. Baik Pemda maupun penyandang disabilitas juga harus sama-sama berjuang. Oleh karena itu, untuk menuju Indonesia inklusi membutuhkan peran semua pihak untuk bersinergi dan berkolaborasi bersama.
“Memang dibutuhkan partisipasi aktif semua pihak. Kalau kita melihat sinergi pentahelix itu semua pihak meyakinkan isu disabilitas penting. Saya percaya SDM penyandang disabilitas merupakan aset negara tinggal bagaimana membentuk mereka di lingkungan yang tepat,” ucap dia.