Dokter Arini menjelaskan air yang mengandung kontaminan tertentu, seperti bahan kimia atau mikroorganisme, dapat menyebabkan reaksi alergi atau iritasi pada kulit. Seseorang yang memiliki sensitivitas kulit tinggi mungkin akan merasakan gatal-gatal, kemerahan, dan iritasi ketika terpapar air yang mengandung kontaminan tersebut.
"Polusi udara dari pabrik batubara mengandung partikel-partikel yang sangat kecil dan bisa merusak skin barrier, lapisan perlindungan alami kulit. Hal ini dapat memicu peradangan, kemerahan, dan gatal-gatal pada kulit," kata lulusan Harvard University itu.
Beberapa warga Rusunawa Marunda mengaku bahwa debu batubara di wilayah mereka terbilang sudah berkurang, berbeda dengan tahun sebelumnya. Namun, ada yang tidak memungkiri imbas polusi udara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
Sementara itu, petugas puskesmas Rusunawa Marunda, Ichsan, mengatakan belum menerima laporan adanya penyakit kulit parah imbas dari polusi udara maupun debu batubara. Menurut dia, memang banyak warga yang daftar karena gatal-gatal, namun belum dipastikan penyebabnya.