AMEERALIFE.COM, JAKARTA - Varian baru virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan karena banyaknya mutasi yang terdeteksi. Dinamakan BA.2.86, varian ini telah terdeteksi melalui pengurutan genetik, dengan beberapa kasus yang dilaporkan sejauh ini.
Varian BA.2.86 pertama kali muncul di Israel, namun telah terdeteksi di Denmark dan Amerika Serikat. Kini, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKSA) mengonfirmasi bahwa varian tersebut telah terdeteksi di Inggris.
"Kami mengetahui adanya satu kasus yang terkonfirmasi di Inggris. UKHSA saat ini sedang melakukan penilaian terperinci dan akan memberikan informasi lebih lanjut pada waktunya," kata Wakil Direktur UKHSA, Dr Meera Chand, seperti dikutip dari Express, Rabu (23/8/2023).
UKHSA mengatakan bahwa penderita varian baru itu di Inggris tidak memiliki riwayat perjalanan. Hal ini, menurut mereka, menunjukkan adanya penularan internasional yang mapan dan tingkat penyebaran di dalam komunitas.
Informasi lebih lanjut mengenai kasus di Inggris diperkirakan akan tersedia dalam satu atau dua pekan ke depan. Namun, negara-negara lain melaporkan penyebaran yang relatif cepat dari varian tersebut.
UKHSA mengatakan bahwa saat ini tidak dapat menilai tingkat keparahan mutasi tersebut. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa mereka menetapkan BA.2.86 sebagai "varian yang sedang dipantau". Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga melaporkan bahwa mereka mengawasi varian tersebut setelah ditemukan di Michigan.
Francois Balloux, Profesor biologi sistem komputasi dan direktur UCL Genetics Institute di University College London, mengatakan bahwa jenis baru ini merupakan jenis SARS-CoV-2 yang paling mencolok yang pernah ada di dunia sejak kemunculan Omicron. Apakah membahayakan?