AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Setiap orang tua pasti tahu betapa mengerikan rasanya ketika salah satu dari anak-anak mereka mengalami cedera. Sebuah goresan atau memar saja sudah membuat hati tak karuan, apalagi jika buah hati mereka menderita gegar otak.
Meskipun setiap cedera otak traumatis harus mendapat perhatian, para peneliti dari University of Calgary membantu memberikan rasa tenang kepada orang tua yang sedang mendampingi pemulihan anak mereka dari gegar otak. Setelah menganalisis data yang mencakup kunjungan unit gawat darurat (UGD) di rumah sakit anak di Amerika Serikat dan Kanada, para penulis studi mengatakan bahwa IQ dan kecerdasan anak tampaknya tidak terpengaruh oleh gegar otak.
Dengan kata lain, meskipun gegar otak benar-benar membutuhkan perhatian dan perawatan medis segera, sebagian besar pasien anak memiliki peluang untuk pulih seutuhnya. Sebagai referensi, gegar otak adalah bentuk cedera otak traumatis yang dipicu oleh pukulan atau benturan keras di kepala yang menyebabkan otak bergerak cepat di dalam tengkorak.
Gejalanya sering kali tidak kentara dan sangat bervariasi, mulai dari sakit kepala dan mual hingga kejang dan perubahan kebiasaan makan atau tidur. Untuk meneliti topik ini, tim peneliti membandingkan 566 anak yang didiagnosis gegar otak dengan 300 remaja lainnya yang mengalami cedera ortopedi.
Usia peserta antara delapan hingga 16 tahun, dan para peneliti merekrut mereka dari dua studi terpisah. Kelompok Kanada menampilkan data yang dikumpulkan dari lima ruang gawat darurat rumah sakit anak-anak, yakni Alberta Children’s Hospital di Calgary, serta UGD di Vancouver, Edmonton, Ottawa, dan Montreal (CHU Sainte-Justine).
Lalu, kelompok Amerika terdiri dari pasien dari dua rumah sakit anak di Ohio. Peserta di Amerika menyelesaikan tes IQ tiga hingga 18 hari setelah cedera, sementara peserta Kanada mengisi tes IQ tiga bulan setelah cedera.
"Jelas ada banyak kekhawatiran tentang efek gegar otak pada anak-anak, dan salah satu pertanyaan terbesar adalah apakah hal itu memengaruhi fungsi intelektual anak secara keseluruhan atau tidak," kata profesor di Departemen Psikologi University of Calgary dan penulis senior studi, Dr Keith Yeates, seperti dilansir Study Find, Kamis (24/8/2023).
Setelah menggabungkan kelompok Kanada dan AS, para peneliti memiliki sampel yang berlimpah, yang memungkinkan untuk menguji pasien di berbagai demografi dan karakteristik klinis. Misalnya dengan mempertimbangkan status sosial ekonomi, jenis kelamin pasien, tingkat keparahan cedera, riwayat gegar otak, dan apakah ada kehilangan kesadaran pada saat cedera. Hasilnya, peneliti mencatat bahwa gegar otak tidak terkait dengan IQ yang lebih rendah.
"Tak satu pun dari faktor-faktor ini yang membuat perbedaan. Secara keseluruhan, gegar otak tidak terkait dengan IQ yang lebih rendah," kata Dr Yeates.