Anak-anak yang mengalami gegar otak juga dibandingkan dengan sebayanya yang mengalami cedera ortopedi dan kelompok kontrol untuk memperhitungkan faktor-faktor lain yang berpotensi memengaruhi IQ, seperti latar belakang demografis, rasa sakit, dan pengalaman trauma. Pendekatan ini membantu penulis studi untuk memastikan apakah IQ anak-anak berbeda dari yang diharapkan, jika mereka tidak pernah mengalami gegar otak.
Ashley Ware PhD, seorang profesor di Georgia State University dan penulis utama studi, berharap temuan ini bisa memberikan ketenangan kepada orang tua di seluruh dunia.
"Dapat dimengerti, ada banyak ketakutan di antara para orang tua saat menghadapi gegar otak anak-anak mereka. Temuan baru ini memberikan berita yang sangat bagus, dan kita perlu menyampaikan pesan ini kepada para orang tua," kata Ware.
Kekuatan lain dari penelitian terbaru ini adalah bahwa penelitian ini menggabungkan dua studi kohort. Pertama, yang menguji pasien dalam beberapa hari setelah gegar otak, dan kedua yang menunggu selama tiga bulan.
"Hal itu membuat klaim kami semakin kuat," kata Ware.