AMEERALIFE.COM, JAKARTA-Indonesia memiliki aneka ragam seni dan budaya yang menjadi identitas bangsa. Sayangnya, saat ini minat anak terhadap seni mulai menurun. Mereka lebih melirik seni dari luar negeri seperti dari Korea Selatan.
Padahal Indonesia bisa maju melalui seni dan budaya. Dan sebenarnya banyak anak Indonesia yang memiliki bakat di dunia seni. Lalu bagaimana caranya meningkatkan bakat seni dan kreativitas anak?
Kepala Unit Museum Nasional, Ni Luh Putu Chandra Dewi, mengatakan seni menjadi hal yang utama, seni menjadi poin-poin dari sebuah kebudayaan.
"Karena dari kebudayaan ada beberapa unsur, pastinya seni menjadi satu hal yang bisa masuk ke semua kalangan. Makanya kenapa kalau kita masuk dari seni, kita mencintai seni kita," ujarnya dalam acara Erlangga Art Awards (EAA) 2023 belum lama ini.
Ni Luh mengatakan tidak dipungkiri Indonesia sangat kaya akan kebudayaan. Saat ini, kita hanya butuh satu kesempatan bagi anak-anak muda dan satu sosialisasi bagaimana kita bisa mengembangkan seni itu menjadi satu kemajuan dan punya prestasi lebih.
"Karena kita lihat sekarang, anak-anak muda sekarang lebih orientasinya pada ke dunia barat. Padahal kalau digali, seni kita sudah luar biasa sekali," ujar Ni Luh.
Menurutnya, seni kita bisa mengikuti tren, seperti seni tari. Tari-tarian sudah banyak dimodifikasi, tidak terlalu tradisional. Begitu juga dengan seni musik dan seni lainnya yang memang mengikuti tren. "Itu yang saya rasa itu yang bisa mengantarkan kita pada kemajuan kita sendiri," ujar Ni Luh.
Ni Luh menambahkan saat keluar negeri, ia melihat seni pahat Indonesia menjadi mahakarya di museum-museum nasional dibeberapa negara. Hal ini berarti kita memang punya sesuatu yang bisa dibanggakan.
"Seni tidak dibatasi, tapi eksplor dan ini yang sangat dibutuhkan terutama sebagai generasi muda penerus bangsa memang harus lekat dengan seni," ujar Ni Luh.
Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf, Restog Krisna Kusuma mengatakan bakat seni itu mereka bisa dapat bukan hanya dibangun sekolah. Jadi seharusnya karena waktu sebagian besar mereka ada disekolah, seharusnya mereka kurikulum sekolah itu adaptif dengan talenta-talenta ini.
"Tidak hanya buku dokmatis, tapi juga memberikan ruang membuat pengembangan-pengambangan seni di sekolah karena waktunya banyak di situ," ujarnya.
Ia menambahkan tidak hanya akhir pekan, tetapi kalau bisa pada hari biasa pun mereka juga diberikan ruang untuk mengembangkan bakatnya. Tidak hanya seni, bisa juga olahraga hingga teknologi dan inovasi. "Mereka harus diberikan ruang. Tidak hanya pembelajaran di sekolah satu tambah satu jadi dua," ujarnya.
Menurutnya hal ini karena ini dunia sangat energi, dinamis. Kita tidak hanya berkompetisi dalam negeri, tapi juga berkompetisi dengan luar. "Semakin kita loose (longgar), semakin kita lemah di dalam negeri, gempuran dari luar akan semakin besar," ujarnya.
Pengembangan bakat ini bisa dimulai dari sekolah ekstrakurikuler, dari situ membentuk level sekolah dan kompetisi antar sekolah. Ia menegaskan seni harus berkembang seusai dengan minat dan bakat anak masing-masing.
"Saya berharap kurikulum merdeka bisa memfasilitasi itu. Mudah-murahan demikian. Saya berharap ruang-ruang untuk pengembangan seni dan eksul bisa lebih banyak berkembang di sekolah dan sesuai levelnya akan meningkat sendiri," ujarnya.