AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Film bertema detektif, biasanya dijelaskan secara logis dengan fakta-fakta detail yang mengagumkan. Namun, film detektif baru berjudul A Haunting in Venice berhasil memadukan unsur logis dan mistis dalam plotnya.
Diadaptasi dari buku populer karya Agatha Christie berjudul Hallowe'en Party, detektif asal Belgia berkumis legendaris, Hercule Poirot, diperankan dengan sukses oleh Kenneth Branagh. Gestur tubuh sebagai detektif populer serta tatapan tajam matanya, memperlihatkan geliat Poirot yang selalu berhasil dalam mengungkapkan kasus.
Branagh juga berhasil memperlihatkan bagaimana seorang detektif ternama senang hidup tanpa teman, dan hanya memiliki satu pengawal pribadi, Vitale diperankan oleh Riccardo Scamarcio. Vitale ini merupakan mantan petugas kepolisian, yang kemudian diberhentikan dan bekerja setia untuk Poirot.
Branagh juga menyampaikan dialog demi dialog mengenai kepercayaan ateis karakter yang diperankannya dengan percaya diri. Meyakinkan penonton bahwa Poirot akan membongkar hal-hal mistis yang selama ini dianggap gaib, adalah hanya sebuah intrik yang bisa dijelaskan.
Di sini letak menarik dari film yang disutradarai oleh Branagh sendiri ini. Unsur logis yang biasanya lekat dengan seorang detektif, justru dibalut dengan nuansa mistis dari sebuah mitos tentang Vendetta atau balas dendam, yang dilakukan oleh anak-anak. Karena pada tubuh Alicia ditemukan semacam tanda bahwa ia merupakan korban dari kutukan.
Penyelidikan digambarkan dengan lebih jahat dan horor, apalagi ketika Poirot bertemu dengan Reynolds yang diperankan oleh Michelle Yeoh. Penonton harus bersiap dengan beberapa jumpscare di sepanjang film. Reynolds merupakan paranormal terkenal di Venice, Italia, pada 1947 yang juga menjadi latar waktu cerita film A Haunting in Venice.
Masa pensiun Poirot yang seharusnya tenang di Venice, jadi tertantang karena penulis buku misteri Amerika terlaris Ariadne Oliver diperankan oleh Tina Fey, datang menghampirinya. Dia dengan nakal membujuk Poirot untuk ikut dengannya ke proses pemanggilan arwah malam Halloween yang dilakukan di palazzo terdekat oleh Ny Reynolds.
Poirot dibombardir dengan segala macam mitos dan rumor tentang bangunan tersebut, yang dulunya merupakan lokasi panti asuhan, yang arwah anak-anaknya telah bersumpah untuk membalas dendam kepada orang yang masih hidup. Ariadne menantang Poirot untuk menyaksikan langsung lantaran selama ini Poirot tak pernah percaya dengan hal gaib, termasuk Tuhan.
Peristiwa mengerikan pun terjadi. Tetapi apakah Poirot justru berhasil mengungkap intrik di balik hal gaib yang terjadi? Atau malah mulai percaya?
Poirot mengambil pandangan ateis yang menyegarkan, seperti geng Scooby-Doo yang percaya bahwa fenomena supernatural dan penjelasan non-rasional adalah taktik pengalih perhatian, yang dipromosikan oleh mereka yang menyembunyikan sesuatu. Madu dari lebah yang hinggap dari bunga kecubung putih yang ada di palazzo itu menjadi kunci di balik semua peristiwa yang terjadi dalam A Haunting in Venice.
Ya, Agatha Christie selalu memamerkan kecerdasannya, dalam film ini adalah menjadikan madu sebagai penyebab dari hal-hal tak terduga. Penonton akan dibawa masuk dalam labirin kasus Hercule Poirot, ikut menebak-nebak siapa yang melakukan pembunuhan Alicia, diajak pula menyelami akal pikiran dan feeling terhadap hal tak kasat mata. Bahkan di tengah pengungkapan kasus, dua orang harus ikut mati secara misterius.
A Haunting in Venice mengambil cerita dengan kecepatan yang cukup seimbang sehingga tidak membuat ngantuk, dan adegan jumpscare masuk dalam porsi di waktu yang tepat. Film ini mulai tayang si bioskop Indonesia sejak 13 September 2023.