AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Aman Bhakti Pulungan menyebutkan produsen minuman berpemanis seharusnya mencantumkan dampak buruk gula, seperti halnya produk rokok. Mengapa begitu?
"Tidak boleh mengandung gula terlalu banyak, dan setiap minuman harus ada dampak buruk gula sama seperti rokok. Produsen minuman harus berani katakan gula memiliki efek apa saja," kata Aman dalam taklimat media terkait Hari Diabetes Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Aman menilai hal tersebut dapat mencegah terjadinya kasus diabetes, terutama diabetes pada anak yang banyak disebabkan oleh kandungan gula yang berlebih dalam makanan/minuman berpemanis. Selain itu, dia mendukung adanya peluang penerapan cukai pada minuman manis, sebagai salah satu langkah agar masyarakat tidak kecanduan terhadap makanan/minuman berpemanis.
"Ini cukai harus ya, industri sekarang ini harus jujur, dalam arti memastikan kandungan gula. Walaupun jus yang katanya tanpa gula, ternyata ini juga ada kandungannya," ujarnya.
Selain cukai, Aman yang merupakan Guru Besar Ilmu Kedokteran Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi makanan/minuman juga perlu di dorong sejak dini.
Menurutnya, saat ini makanan sehat sulit ditemukan di lingkungan sekolah. Padahal, sekitar 30 hingga 50 persen kehidupan anak berada di sekolah.
"Apalagi kalau full day, dan tidak ada snack sehat di sekolah, sulit untuk mendapatkan makanan sehat. Sementara di negara lain, buah-buahan ada di sekolah," ujarnya.