Selain itu, seorang pasien PPOK yang terkena infeksi SARS-CoV-2 juga akan dapat menjadi lebih berat Covid-19-nya. Ini karena PPOK adalah salah satu komorbid yang memperberat situasi Covid-19 pada seseorang.
Kemudian, bertepatan dengan Peringatan PPOK Sedunia, Tjandra mengingatkan masyarakat bahwa PPOK adalah penyebab kematian utama di dunia. PPOK termasuk masalah kesehatan paru-paru yang penting.
Peringatan PPOK Sedunia yang mengusung tema "Bretahing is Life - Act Earlier", lanjut Tjandra menunjukkan peran penting bernapas dalam kehidupan, dan PPOK harus dicegah.
Menurut Tjandra, apabila tidak berhasil dicegah, maka PPOK harus didiagnosis segera. Setelah didiagnosis, pasien harus mendapat penanganan yang baik dari fasilitas pelayanan kesehatan agar kualitas hidupnya dapat tetap terjaga sesuai kemampuannya.
"Kalau pasien PPOK tidak ditemukan dan didiagnosis dini maka keterlambatan akan meningkatkan kemungkinan eksaserbasi, meningkatkan komorbiditas, dan bahkan lebih menghabiskan biaya penanganan pula," tutur Tjandra.
Tjandra menjelaskan, kebiasaan merokok merupakan faktor utama yang berhubungan dengan kejadian dan perburukan PPOK. Ia menyerukan agar masyarakat memanfaatkan momentum Hari PPOK Sedunia pada 15 November untuk berhenti merokok.
Kemudian, selain merokok sebagai faktor penyebab utama PPOK, masih ada faktor risiko PPOK, yakni riwayat keluarga, riwayat infeksi paru-paru dan saluran napas ketika anak-anak, maupun kekurangan enzim alfa 1 antitripsin. Berbagai jenis polusi udara yang kronis juga dapat menjadi pemicunya.